BTPN - SMBCI Merger, Jumlah Bank Besar di Indonesia Bertambah

Dini Hariyanti
2 Agustus 2018, 14:44
BTPN
Arief Kamaludin|Katadata

Hari ini, 2 Agustus 2018, PT Bank Tabungan Pensiunan Tbk. atawa BTPN mengeluarkan keterangan resmi soal rencana penggabungan dirinya dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia atau SMBCI.

Tak tanggung-tanggung, apabila merujuk kepada neraca per 31 Mei 2018 maka bank hasil penggabungan kelak diproyeksikan bakal mengantongi aset Rp179 triliun. Angka ini bakal memposisikan BTPN sebagai satu dari sepuluh bank dengan aset terbesar di Indonesia.

BTPN dan SMBCI notabene sesama anak usaha dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) yang ada di Indonesia. Pada BTPN, SMBC memegang kepemilikan saham sebesar 40% sedangkan di SMBCI jauh lebih dominan mencapai 98,48%.

Di dalam siaran persnya, BTPN menyatakan bahwa seluruh dokumen rencana penggabungan hendak diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2 Agustus 2018. Manakala restu regulator sudah keluar barulah BTPN mengajukan persetujuan dari pemegang saham melalui RUPSLB.

Direktur Utama BTPN Jerry Eng menyatakan, publikasi resmi yang dirilis perusahaan menandai dimulainya proses penggabungan tersebut. “Penggabungan ini akan melahirkan bank baru yang lebih besar dan kuat, sehingga dapat lebih berperan memenuhi berbagai kebutuhan pembiayaan,” tulis dia.

BTPN dan SMBCI jelas bukan pemain baru di dalam industri perbankan. BTPN hadir sejak 16 Februari 1958. Perseroan mengawali karir sebagai bank devisa yang fokus melayani serta memberdayakan para pensiunan, komunitas prasejahtera produktif, serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Fokus usaha tersebut didukung enam unit bisnis, yakni BTPN Purna Bakti untuk nasabah pensiunan, BTPN Mitra Usaha Rakyat bagi pebisnis mikro, BTPN Mitra Bisnis untuk UKM, BTPN Sinaya selaku unit bisnis pendanaan, produk Laku Pandai yang dinamai BTPN Wow, serta platform perbankan digital Jenius untuk mengakomodir kebutuhan consuming class. Adapun, layanan untuk nasabah dari komunitas prasejahtera produktif diberikan melalui anak usahanya, BTPN Syariah.

Sampai dengan medio tahun ini, BTPN memiliki aset Rp99,9 triliun. Total kredit yang telah disalurkan perseroan mencapai Rp67,8 triliun dengan pendanaan senilai Rp80,3 triliun. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio / CAR) tercatat 24,1%, sedangkan laba bersih sejumlah Rp1,09 triliun.

Sementara itu, SMBCI juga bukan pemain anyar. Bank ini hadir sejak 31 Mei 1989 yang kala itu merupakan bank campuran antara The Sumitomo Bank, Ltd. dan PT Bank Niaga Tbk. Akhirnya, tepat pada 30 November 1999 namanya berubah menjadi PT Bank Sumitomo Indonesia.

Setahun kemudian, perseroan mengumumkan penggabungan usaha dengan PT Bank Sakura Swadharma. Efektif terhitung sejak 2 April 2001, Bank Sumitomo menjadi bank yang bertahan lantas ganti nama menjadi PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.

Berbeda dengan BTPN yang lebih sering berkutat dengan nasabah ritel, SMBCI fokus melayani kebutuhan perusahaan berskala besar. Klien-kliennya tak lain perusahaan pelat merah, korporasi multinasional, perusahaan lokal pun ada, dan tentunya korporasi-korporasi Jepang.

Selama beberapa tahun terakhir, SMBCI semakin aktif melibatkan diri di dalam berbagai proyek yang pendanaannya berasal dari kredit sindikasi. Perseroan banyak membidik proyek infrastruktur maupun di sektor pendukungnya.

Per akhir Mei 2018, SMBCI mengantongi aset sejumlah Rp85,2 triliun. Total kredit yang disalurkan mencapai Rp64,2 triliun. Adapun, profit bersih yang diraup sepanjang Januari – Mei 2018 tercatat Rp360,7 miliar.

Jerry optimistis bahwa BTPN dan SMBCI mampu berkolaborasi dengan baik. Para pemegang saham, imbuhnya, setuju untuk mempertahankan nama BTPN. Ke depan, bank hasil penggabungan akan dipacu supaya semakin inovatif dalam mengembangkan layanan perbankan digital.

“Penggabungan ini saling melengkapi, baik di dalam produk maupun layanan. Bank [hasil penggabungan] ini akan terus melayani nasabah mulai dari piramida yang terbawah hingga nasabah-nasabah koporasi internasional,” kata Jerry.

Penggabungan BTPN dan SMBCI tentu ikut mengubah jajaran manajemen. Wakil Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana disebut-sebut akan menggantikan posisi Jerry Eng yang masa jabatannya habis pada tahun depan.

Komisaris Utama BTPN Mari Elka Pangestu turut berkomentar. “Seluruh rencana ini akan dimintakan persetujuan regulator dulu. Jerry akan tetap memimpin BTPN sampai proses penggabungan selesai agar penggantian [pimpinan] tidak mengganggu proses bisnis perusahaan,” tuturnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...