Waspadai Bunga AS Naik, BI Perluas Kerja Sama Antar-Bank Sentral

Desy Setyowati
7 Maret 2017, 12:18
Gubernur BI, Agus Martowardojo
Arief Kamaludin|KATADATA
Gubernur BI, Agus Martowardojo

Dengan kerja sama tersebut, ia berharap penguatan mata uang tertentu, dalam hal ini dolar AS, tidak akan melemahkan nilai tukar rupiah secara signifikan. Apalagi, Presiden AS Donald Trump juga tak akan membiarkan mata uangnya terlalu menguat, karena bisa mengurangi potensi ekspornya. Menguatnya dolar AS akan membuat produk ekspor dari AS menjadi lebih mahal.

(Baca juga: DBS Ramal Bunga The Fed Naik 4 Kali, Rupiah Terancam Melemah)

Sekadar catatan, kerja sama BCSA juga telah dilakukan BI dengan Cina senilai US$ 20 miliar dan Australia sebesar $ 10 miliar. Selain itu, Agus menambahkan, BI memiliki perjanjian bilateral dengan Bank Negara Malaysia (BNM) dan Bank of Thailand untuk mendorong penyelesaian perdagangan bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal (local currency settlement).

“Kami sekarang dalam finalisasi untuk meyakinkan bagi eksportir atau importir yang terima currency dalam Thailand bath atau Malaysia ringgit untuk bisa akses kurs lebih efisien dari kantor kedua negara tersebut dengan Indonesia. Itu sedang kami bangun agar menjadi struktur biaya lebih efisien bagi pelaku perdagangan internasional,” ujar dia. (Baca juga: Dolar Perkasa, Tiga Negara ASEAN Sepakat Pakai Mata Uang Lokal)

Beragam kerja sama tersebut melengkapi kerja sama BI dengan bank sentral negara lainnya untuk mempertebal bantalan cadangan devisa. Sebagai contoh, BI tercatat sudah memperpanjang kerja sama fasilitas bilateral swap arrangement (BSA) dengan Bank of Japan (BoJ) senilai US$ 22,76 miliar. 

Sekadar informasi, BSA merupakan kerja sama pertukaran dolar AS versus rupiah antara Jepang dengan Indonesia. Tujuannya, untuk mengatasi kesulitan likuiditas akibat permasalahan neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek. Selain dengan Jepang, Indonesia menjalin kerja sama serupa dalam Chiang Mai Initiative Multilateralitation (CMIM). CMIM berisikan negara di Asia Tenggara ditambah negara Asia lainnya seperti Jepang, China dan Korea Selatan.

Saat ini, BI juga menjajaki kerja sama serupa dengan negara lainnya. Namun, Agus enggan membuka identitas negara yang dimaksud. “Sekarang ini ada yang kami jajaki tetapi belum bisa kami ungkapkan,” tutur dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...