Ekonomi Dunia Tak Menentu, BI Tahan Suku Bunga Acuan

Desy Setyowati
Oleh Desy Setyowati - Miftah Ardhian
17 November 2016, 20:36
Agus Bank Indonesia
Arief Kamaludin (Katadata)

Selain menahan BI 7-Day Repo Rate di level 4,75 persen, BI juga menahan suku bunga fasilitas simpanan (deposit facility) dan fasilitas pinjaman (lending facility) di level 4 persen dan 5,5 persen.

Kebijakan BI ini sudah diprediksi sejumlah ekonom. Ekonom Maybank Juniman mengatakan, selain mempertimbangkan gejolak di pasar keuangan dan kenaikan Fed Fund Rate, BI juga mempertimbangkan nilai real interest rate yang sudah lebih rendah dari nilai risiko investasi.

Ia mengatakan, saat ini, nilai real interest rate yang sebesar 1,44 persen sudah lebih rendah dibandingkan credit default swap (CDS) Indonesia bertenor lima tahun sebesar 1,9 persen. Sebagai informasi, real interest rate atau suku bunga riil adalah nilai yang dipakai investor untuk mengukur keuntungan. Real interest rate didapat dari selisih BI 7-Day Repo Rate dengan inflasi saat ini.

Sedangkan CDS merupakan alat ukur risiko investasi. Semakin rendah nilainya, maka risikonya semakin kecil. Dengan risiko yang lebih besar daripada return dapat membuat investor asing kurang tertarik berinvestasi di Indonesia. (Baca juga: ASEAN Siapkan Penyangga Ekonomi Hadapi Guncangan Efek Trump)

"Kalau BI menurunkan BI 7-Day makin tidak menarik lagi," kata Juniman kepada Katadata, Rabu (16/11). Hal itu berpotensi mengancam pasar obiligasi dan saham di dalam negeri seiring hengkangnya dana investor asing ke luar negeri (capital outflow). 

Sementara itu, Ekonom dari Bank Permata Josua Pardede berpendapat, langkah BI menahan bunga acuan tidak akan berpengaruh banyak terhadap minat investor untuk tetap berinvestasi di Indonesia. Sebab, menurutnya, investor tidak hanya mempertimbangkan  real interest rate. Investor lebih mementingkan fundamental ekonomi dan stabilitas makro.

"Menurut saya effective policy rate bukanlah satu-satunya pertimbangan bank sentral terkait kebijakan moneter untuk tetap mengelola investor asing agar tetap berinvestasi di Indonesia," ujar Josua.

Namun, Josua menilai tepat langkah BI menahan bunga acuan. Sebab, ekspektasi inflasi pada 2017 cenderung meningkat di kisaran 4 sampai 4,5 persen. Hal itu seiring dengan kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...