Beri Utang Semen Indonesia, BNI Geser Fokus Kredit ke Infrastruktur
Bank Negara Indonesia (BNI) menggeser fokus penyaluran kredit korporasinya ke sektor infrastruktur. Salah satunya kepada PT Semen Indonesia Tbk. Strategi penyaluran kredit ini bertujuan memacu pembangunan infrastruktur sehingga dapat memicu efek berantai terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Direktur Bisnis Korporasi BNI Herty Sidharta mengatakan, penyaluran kredit korporasi BNI pada tahun ini ditargetkan mencapai Rp 186 triliun. Jumlahnya naik 24 persen dari realisasi penyaluran kredit korporasi sepanjang tahun lalu yang sekitar Rp 150 triliun. Dari jumlah Rp 186 triliun itu, sebanyak 40 persen akan digelontorkan untuk proyek-proyek infrastruktur.
Langkah tersebut sejalan dengan kebijakan manajemen BNI menggeser fokus penyaluran kredit korporasinya ke sektor infrastruktur, seperti jalan tol atau telekomunikasi, dan kemaritiman. "Sekarang waktunya investasi. Kalau perekonomian naik, (sektor) yang lain ikut naik," kata Herty seusai acara penandatanganan kerjasama antarperusahaan BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (22/4).
(Baca: Pertumbuhan Sektor Konstruksi Indonesia Timur Tertinggi)
Salah satu yang mendapat kucuran kredit korporasi BNI adalah Semen Indonesia. BNI memberikan fasilitas Kredit Modal Kerja (KMK) senilai Rp 1 triliun kepada perusahaan semen pelat merah tersebut. Herty mengatakan, pinjaman ini bersifat jangka pendek sehingga akan digunakan untuk kebutuhan umum dan keperluan operasional Semen Indonesia. Bunga yang diberikan pun single digit alias di bawah 10 persen.
Ke depan, BNI berencana memberikan pinjaman yang lebih besar dan berjangka panjang kepada Semen Indonesia. Pagu kredit yang dialokasikan untuk perusahaan tersebut sebesar Rp 10 triliun. Menurut Herty, pinjaman itu akan digunakan Semen Indonesia untuk membiayai pembangunan pabrik semen di Aceh dan Kupang, Nusa Tenggara Timur.
(Baca: Penurunan Cepat Suku Bunga Bisa Mengancam Stabilitas Bank)
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Semen Indonesia Suparni mengatakan, pinjaman Rp 1 triliun dari BNI tersebut akan digunakan untuk mengoptimalkan skema pendanaan perusahaan, khususnya sebagai kredit talangan (bridging loan) untuk mendukung strateginya.
Selain itu, Semen Indonesia membutuhkan pendanaan untuk membiayai pembangunan dua pabrik semen terintegrasi di Rembang, Jawa Tengah, dan Indarung VI di Padang, Sumatera Barat. Kapasitas kedua pabrik itu masing-masing sebesar tiga juga ton per tahun. "Pabrik di Rembang dan Indarung comissioning akhir tahun ini," kata Suparni.
(Baca: Paksa Perbankan, Jokowi Ingin Bunga Kredit Cuma 4-6 Persen)
Pabrik semen di Rembang rencananya akan dioperasikan pada September atau Oktober mendatang. Sedangkan peroperasian pabrik secara penuh diharapkan tercapai tahun depan.
Suparni mengakui, pembangunan pabrik semen di Rembang itu memicu pro-kontra. Ia berjanji Semen Indonesia membuka pintu bersilaturahmi untuk mencari penyelesaian masalah tersebut. Yang jelas, pabrik ini dioperasikan oleh 300 orang dengan pendukung 1.000 orang lebih. Sebanyak 40-50 persen pekerja berasal dari Rembang dan sisanya dari Jawa Tengah.
Semen Indonesia menargetkan volume penjualan tahun ini sebesar 29 juta ton. Namun, volumen penjualan saat ini cenderung stagnan, bahkan sedikit menurun sekitar 1,5 sampai dua persen. Namun, Suparni memperkirakan penjualan pada kuartal II bakal meningkat. “Harapannya profuksi bisa naik 5 persen.”