Sofyan Ingin Modal Bank Mandiri & BNI Diperkuat Sebelum Merger

Aria W. Yudhistira
3 Februari 2015, 12:33
Katadata
KATADATA | Arief Kamaludin
Menko Perekonomian Sofyan Djalil meminta Bank Mandiri dan BNI memperbesar kapasitas modal terlebih dahulu sebelum melakukan merger.

KATADATA ? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, penggabungan usaha atau merger antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) belum dapat dilakukan saat ini.

Kedua bank badan usaha milik negara (BUMN) tersebut diminta memperbesar modalnya terlebih dahulu sebelum melakukan merger. Dengan kapasitas modal sekarang, setelah kedua bank itu digabung pun belum dapat belum bisa menjadi yang terbesar di ASEAN.

Per 2013, modal inti (tier 1) Bank Mandiri dan BNI masing-masing tercatat sebesar US$ 5,4 miliar (sekitar Rp 68,4 triliun) dan US$ 3,4 miliar (sekitar Rp 42,5 triliun). Bila digabung pun, jumlah modal inti kedua bank BUMN tersebut masih di bawah DBS Group Holding yang mencapai US$ 25,9 miliar atau sekitar Rp 327,4 triliun.

?Kita besarkan dulu dua bank ini (Bank Mandiri dan BNI) agar equity-nya memadai sehingga nantinya (apabila digabung) akan memiliki bank terbesar se-ASEAN,? ujar Sofyan di kantornya, Jakarta, Senin (2/2).

(Baca: Disuntik Modal, Bank Mandiri Berpeluang Jadi Holding)

Meski begitu, dia mengapresiasi wacana yang dilontarkan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro perihal penggabungan kedua bank tersebut. Namun dia mengingatkan ada syarat-syarat terkait ukuran permodalan yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

?Itu memang ide yang bagus, karena di ASEAN bank kita belum memenuhi syarat untuk berkembang sesuai standar ASEAN,? ujarnya.

Terkait wacara merger, Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo mengatakan, pihaknya menolak rencana penggabungan kedua bank BUMN tersebut. Dia menyampaikan, BNI masih mampu bersaing dengan bank regional lain tanpa harus menginduk pada bank BUMN lain.

Meski masa jabatannya akan segera berakhir, dia berharap pengganti dirinya berpendapat sama dengan dirinya terkait hal ini. Dia meminta, agar pemerintah memberi kesempatan bagi BNI untuk membuktikan kapasitasnya bersaing dengan bank asing.

?Sendiri bisa kok. Apakah pemerintah lebih bangga empat bank yang bersaing, atau satu yang menjadi kuat,? ujar Gatot. (Baca: Saham Perbankan Turun Terpengaruh Wacana Merger Bank Mandiri & BNI)

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, untuk memenuhi Qualified ASEAN Bank (QAB) atau bank yang mendapat fasilitas kemudahan investasi di ASEAN, bisa dengan menambah modal atau merger. ?Tapi itu (merger) tergantung bank BUMN nya mau atau nggak,? tutur Rohan saat dihubungi Katadata.

Analis Bahana Securities Teguh P. Hartanto menilai, proses merger Bank Mandiri dan BNI akan sulit terlaksana dalam jangka pendek. Bank Mandiri akan membutuhkan tambahan modal yang cukup besar untuk bisa mengakuisisi BNI. (Baca: Bank BUMN Beda Pendapat Soal Konsolidasi Perbankan)

?Saya rasa, nggak tahun ini. Kan merger harus capital injekasi yang signifikan. Sedangkan kemarin, (rencana rights issue) hanya Rp 9 triliun. Kalau Bank Mandiri akuisisi BNI, saya rasa sulit,? kata dia saat dihubungi Katadata, Senin (2/2).

Tambahan modal ini dibutuhkan apabila Bank Mandiri mengakuisisi BNI, maka secara otomatis akan mengambilalih aset-asetnya, termasuk pinjaman. Hal ini dipastikan akan memepengaruhi rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR). (Baca: Pemerintah Semestinya Suntik Modal untuk BTN)

Apalagi, masing-masing bank memiliki anak usaha yang dimiliki juga oleh investor. Hal ini tentu memakan waktu yang panjang, sehingga perlu kajian yang lebih mendalam.

Reporter: Desy Setyowati, Ameidyo Daud Nasution

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...