INA Ambil Alih Saham BRI dan Bank Mandiri dari Pemerintah Rp 45 T

Andi M. Arief
27 Desember 2021, 15:58
BRI
ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/wsj.
Sejumlah nasabah menunggu antrean pelayanan di kantor Bank BRI cabang Kupang di Kota Kupang, NTT, Senin (5/10/2020).

Lembaga pengelola investasi atau sovereign wealth fund (SWF) pemerintah bernama Indonesia Investment Authority (INA) telah mengambil alih sebagian kecil saham dua bank pelat merah senilai total Rp 44,99 triliun dari kepemilikan pemerintah. Kedua bank yang dimaksud yakni, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.

Hal itu dilakukan untuk memenuhi Pasal 3 tentang permodalan INA dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74-2020 tentang Lembaga Pengelola Investasi. 

Secara rinci, INA mengantongi 3,73 miliar saham Seri B Bank Mandiri dengan harga Rp 6.073 per saham. Alhasil, INA memiliki 8% saham Bank Pita Emas dengan menggelontorkan dana Rp 22,67 triliun. 

Sementara itu, BRI mengalihkan 5,49 miliar saham seharga Rp 4.061 per saham. Dengan demikian, INA memiliki saham BRI sebanyak 3,63% dengan menggelontorkan dana Rp 22,32 triliun. 

Harga saham kedua bank BUMN tersebut ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No 515-2021 yang diterbitkan pada 23 Desember 2021. Adapun, kedua transaksi ini dilakukan pada hari yang sama saat beleid itu terbit. 

"Sesuai POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) 11/2017 dan Akta Inbreng, perseroan telah menerima kuasa untuk melakukan pelaporan perubahan kepemilikan saham PT Bank Mandiri oleh pemegang saham mayoritas perseroan (pemerintah)," tulis Senior Vice President Bank Mandiri Rudi As Aturridha dalam keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Senin (27/12). 

PP 74-2020 mengatur dua sumber dana untuk memenuhi modal INA, yakni penyertaan modal negara (PMN) dan sumber lainnya. Penyertaan modal negara yang dimaksud dapat berupa dana tunai, barang milik  negara, piutang negara pada badan usaha milik negara (BUMN), dan/atau saha milik negara pada BUMN. 

Sebelumnya, INA telah melakukan pembelian saham milik PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel. INA merogoh Rp 240,68 miliar untuk membeli 308,46 juta saham Mitratel. 

Saat ini, jumlah saham Mitratel yang dimiliki INA telah mencapai 4,17 miliar saham atau 5% dari total saham. Sebelumnya, kepemilikan saham Mitratel oleh INA mencapai 3,87 miliar saham atau sekitar 4,63% dari total saham perusahaan. 

"Tujuan transaksi (adalah) investasi jangka panjang. Persentase saham sesudah transaksi 5% (dengan) status kepemilikan saham tidak langsung," tulis VP Investor Relation Mitratel Rendyansyah Jovian dalam keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/12). 

Sebelumnya, Analis Verdhana Sekuritas Indonesia Nicholas Santoso dan Raymond Kosasih merekomendasikan buy untuk emiten berkode MTEL ini di harga Rp 1.200 per saham. Angka itu dipilih dengan asumsi EV/Ebitda perseroan sekitar 18,1 kali.

Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Yoshua Zisokhi menghitung EV/EBITDA MTEL di posisi harga Rp 775 per saham adalah 15,8 kali pada tahun ini. Pada tahun depan, angka itu akan menyusut menjadi 11,4 kali.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...