4 Tips Mengelola Keuangan Hadapi Resesi 2023
2. Deflasi Berlebihan
Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi ekonomi, deflasi juga dapat memberikan dampak yang lebih buruk. Deflasi merupakan kondisi saat harga turun dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan upah menyusut, kemudian menekan harga.
Deflasi lebih berdampak kepada para pemilik usaha (penyedia barang maupun jasa). Ketika individu dan unit bisnis kemudian berhenti mengeluarkan uang, hal ini kemudian akan berdampak pada rusaknya ekonomi.
3. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor
Negara yang tidak dapat memproduksi kebutuhannya sendiri kemudian mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara yang memiliki kelebihan produksi dapat mengekspor ke negara yang membutuhkan komoditas tersebut. Sayangnya, nilai impor yang lebih besar dari nilai ekspor dapat berdampak pada perekonomian yaitu defisitnya anggaran negara.
4. Tingkat Pengangguran Tinggi
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang berperan penting dalam penggerak perekonomian. Jika suatu negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang berkualitas bagi para tenaga kerja lokal, maka tingkat pengangguran meningkat.
Risikonya adalah tingginya tingkat kriminal guna memenuhi kebutuhan hidup.
5. Gelembung Aset
Salah satu penyebab resesi ekonomi adalah gelembung aset. Banyaknya investor yang panik biasanya akan segera menjual sahamnya yang kemudian memicu resesi ekonomi.
Gelembung asset kerap disebut sebagai ‘kegembiraan irasional’. Kegembiraan ini menggembungkan pasar saham dan real estate, sehingga akhirnya gelembung tersebut pecah dan terjadilah panic selling dapat menghancurkan pasar yang kemudian menjadi penyebab resesi.
6. Guncangan Ekonomi yang Mendadak
Guncangan ekonomi yang mendadak dapat memicu resesi ekonomi serta berbagai masalah ekonomi yang serius. Mulai dari tumpukan utang yang secara individu maupun perusahaan.
Banyak utang yang dimiliki kemudian otomatis membuat biaya pelunasannya juga meninggi. Biaya dalam melunasi hutang tersebut lama-lama akan meningkat ke titik dimana mereka tidak dapat melunasinya lagi.
7. Produksi dan Konsumsi Tidak Seimbang
Keseimbangan konsumsi dan produksi menjadi dasar pertumbuhan ekonomi. Di saat produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka terjadilah masalah dalam siklus ekonomi.
Tingginya produksi yang tidak dibarengi dengan konsumsi akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang. Namun rendahnya konsumsi sementara kebutuhan kian tinggi akan mendorong terjadinya impor.
Hal ini kemudian akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.
8. Pertumbuhan Ekonomi Merosot
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikasi yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat.
Begitu pula sebaliknya, jika PDB mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.
9. Perkembangan Teknologi
Berkembangnya teknologi juga menyumbang faktor terjadinya resesi ekonomi. Sebagai contoh pada abad ke-19, terjadi gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja.
Revolusi yang dinamakan juga revolusi industri ini kemudian membuat seluruh profesi menjadi usang, dan memicu resesi ekonomi. Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa artificial intelligence (AI) dan robot akan menyebabkan resesi ekonomi, lantaran banyak pekerja kehilangan mata pencahariannya.