Bos BI Beberkan 4 Faktor Rupiah Bisa Menguat Rp 15.800 per Dolar AS

 Zahwa Madjid
3 Mei 2024, 19:19
rupiah
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). KSSK melaporkan hasil rapat berkala KSSK I Tahun 2024 bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap stabil di tengah risiko pelambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian pasar keuangan global karena didukung kondisi perekonomian dan sistem keuangan domestik yang resiliensi dan sinergi serta koordinasi dari seluruh komponen KS
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah dapat menguat ke level Rp 16.000 - Rp 15.800 per dolar Amerika Serikat hingga akhir tahun 2024. Hingga Rabu (3/5), rupiah ditutup di level Rp 16.083 per dolar AS. 

“Kami meyakini penguatan nilai tukar rupiah akan terus berlangsung dari sekarang sampai akhir tahun. Dalam tempo satu bulan ke depan, juga akan terus menguat mengarah ke Rp 16.000 per dolar AS,” ujar Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Jumat (3/5).

Perry mengungkapkan, terdapat empat faktor yang mendorong penguatan rupiah tahun ini. Pertama, kenaikan suku bunga BI maupun SRBI dapat meningkat daya tarik portofolio dan imbal hasil investasi di Indonesia.

“Dengan kenaikan itu, kalau kita bandingkan dengan India yield differential atau perbedaan yield itu sudah lebih baik dari India, sehingga imbal hasil di Indonesia menjadi lebih atraktif,” ujarnya.

Selain itu, aliran modal asing atau capital inflow sudah kembali masuk ke Indonesia. Tercatat pada minggu ke-4 April 2024, sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sudah masuk (inflow) Rp 4,5 triliun dari yang sebelumnya outflow.

Pada awal Mei 2024, SRBI mencatatkan inflow sebesar Rp 1,8 triliun. SRBI merupakan surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa surat berharga milik Bank Indonesia.

“Pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia juga sudah mencatatkan inflow sebesar Rp 3,75 triliun,” ujarnya.

Faktor pendorong ketiga adalah prospek ekonomi Indonesia yang baik dengan daya tahan yang kuat. Yang keempat, komitmen Bank Indonesia utk menjaga nilai tukar rupiah dengan terus koordinasi dengan pemerintah dan KSSK.

Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Yen dan Won

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai pelemahan nilai tukar rupiah sebesar 5,02% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lebih baik jika dibandingkan dengan yen Jepang dan won Korea.

Berdasarkan paparannya, tercatat indeks dolar AS menguat tajam sejak April 2024 akibat eskalasi geopolitik. Namun per 16 April 2024, dolar AS mengalami apresiasi 4,86% dibandingkan level pada Desember 2023.

"Pada penutupan pasar 26 April, yen dari mata uang Jepang dan won mata uang ke Korea Selatan masing-masing mengalami pelemahan yang sangat tajam mencapai 10,92% ytd untuk yen dan 6,34 % ytd untuk won," kata dia.

Perkembangan tekanan geopolitik turut memberikan tekanan terhadap mata uang di seluruh dunia, termasuk rupiah.

Tak hanya yen Jepang dan won Korea, mata uang Bath Thailand juga turut melemah di level 7,63% ytd dan rupiah yang tercatat mengalami pelemahan 5,02% ytd. Rupiah juga mengalami pelemahan 5,02% ytd dan masih relatif lebih rendah dari mata uang lain.

Bendahara Negara itu juga mengatakan, stabilisasi rupiah didukung oleh respons kebijakan Bank Indonesia melalui optimalisasi instrumen moneter.

Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dan implementasi penempatan valas ke devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) yang sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023.

Reporter: Zahwa Madjid

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...