Pesanan Belum Batal, Garuda Kaji Terbangkan Lagi Boeing 737 Max
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membuka peluang untuk kembali menerbangkan pesawat Boeing 737 Max. Alasannya, karena hingga kini pesawat yang telah dipesan, belum dibatalkan. Meski begitu, ada beberapa pertimbangan yang tengah dikaji oleh manajemen Garuda Indonesia.
"Ada banyak pembicaraan kami dengan Boeing. Klasifikasinya belum ter-cancel. Tentu pembicaraan ini kami teruskan dengan pihak manufaktur yaitu Boeing," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (20/11).
Berdasarkan catatan Katadata.co.id, Garuda Indonesia memesan 50 pesawat 737 Max dengan total pembelian US$ 4,9 miliar. Dari total pesanan tersebut, baru baru satu pesawat jenis tersebut yang dikirim. Maskapai milik pemerintah Indonesia ini telah mengoperasikan pesawat tersebut dengan jam terbang selama 3.088 jam.
Sebelumnya, Federal Aviation Administration (FAA) memberikan lampu hijau untuk Boeing 737 Max kembali mengudara, setelah 20 bulan dilarang terbang. Pelarang terbang itu akibat banyaknya kecelakaan fatal, di antaranya maskapai Lion Air pada Oktober 2018 dan Ethiopian Airlines selang lima bulan setelahnya.
Irfan mengatakan meski FAA sudah memberikan lampu hijau, pihaknya tetap menunggu aturan-aturan maupun persetujuan dari otoritas di Indonesia untuk menerbangkan kembali Boeing 737 Max ini. "Itu kan keputusan dari otoritas di Amerika Serikat," kata Irfan.
Ia menambahkan, untuk melakukan penerbangan pesawat tersebut, Garuda Indonesia pun perlu melakukan beberapa persiapan lain, mulai dari persiapan unit hingga melakukan pelatihan ulang pilotnya. Pelatihan ulang ini diperlukan karena Boeing 737 Max sudah cukup lama di-grounded, sehingga pilot perlu mendapatkan sertifikasi lagi.
Pertimbangan lain untuk kembali mengoperasikan Boeing 737 Max adalah masih banyak pesawat jenis lain milik Garuda Indonesia yang saat ini belum diterbangkan lagi. Sebab, di tengah situasi pandemi Covid-19 yang membuat masyarakat membatasi pergerakan, permintaan untuk melakukan perjalanan menggunakan transportasi umum menjadi rendah.
Untuk itu, Garuda Indonesia selalu mengoperasikan pesawat-pesawatnya dengan basis asas prioritas dan kebutuhan saat ini. "Kami masih punya beberapa pesawat yang grounded, belum terbang, karena memang demand-nya belum ada. Belum sampai untuk bisa menerbangkan semua pesawat," kata Irfan.
Tidak hanya soal larangan terbang, sejak awal tahun ini, Boeing juga menghentikan sementara produksi 737 Max. "Kami telah memutuskan untuk memprioritaskan pengiriman pesawat yang disimpan dan untuk sementara menangguhkan produksi 737," tulis manajemen Boeing dalam keterangan resmi dilansir pada 17 Desember 2019 lalu.
Saat itu, Boeing mencatat masih memiliki 400 unit pesawat 737 Max di gudang penyimpanan. Sementara terkait jumlah pekerja pabrik yang terdampak penghentian produksi, perusahaan akan memindahkan sementara para karyawan ke tim produksi lain di Puget Sound.
Adapun, buntut dari kecelakaan fatal Boeing 737 Max, Januari lalu Chief Executive Officer (CEO) Boeing Dennis Muilenburg resmi meninggalkan perusahaan setelah dipecat dari posisinya pada Desember 2019. Pemecatan dilakukan karena ia dinilai gagal menangani krisis 737 Max yang telah menjatuhkan reputasi pabrikan pesawat terbesar dunia tersebut.