Pendapatan XL 2020 Naik Jadi Rp 26 T, Tapi Labanya Anjlok 47,8%

Image title
15 Februari 2021, 12:54
xl, xl axiata, kinerja xl 2020, pendapatan xl 2020, laba xl 2020, telekomunikasi, emiten telekomunikasi, kinerja emiten telekomunikasi 2020, pendapatan data
XL KATADATA | Areif Kamaludin
XL KATADATA | Areif Kamaludin

PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatatkan kenaikan pendapatan pada 2020 sebesar 3,49% secara tahunan menjadi Rp 26 triliun. Meski begitu, laba bersih perusahaan telekomunikasi tersebut malah anjlok hingga 47,85% menjadi hanya Rp 371,59 miliar tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang sudah diaudit dan diunggah melalui keterbukaan informasi, Senin (15/2), pendapatan XL disokong oleh segmen data. Nilainya mencapai Rp 21,38 triliun pada 2020 atau mengalami kenaikan 10,87% dibandingkan setahun sebelumnya.

Sementara, pendapatan dari non-data mengalami penurunan hingga 22,8% menjadi Rp 2,82 triliun pada tahun lalu. Jasa interkoneksi juga mengalami penurunan hingga 30,5% menjadi hanya Rp 773,28 miliar sepanjang 2020.

Penurunan profitabilitas XL pada 2020 disebabkan beban yang meningkat. Total beban perusahaan tahun lalu yang menggerus pendapatan, nilainya mencapai Rp 23,37 triliun atau naik 6,95% dibandingkan tahun sebelumnya.

Total beban XL naik drastis, disebabkan oleh meroketnya beban penyusutan sebesar 69,6% menjadi Rp 12,43 triliun pada 2020.

Meski ada komponen beban yang naik drastis, namun perusahaan berhasil melakukan efisiensi pada komponen beban lainnya. Seperti beban infrastruktur yang tercatat turun hingga 15,82% menjadi Rp 7,97 triliun.

Begitu pula beban penjualan dan pemasaran yang turun 8,38% menjadi Rp 1,8 triliun tahun lalu. Beban interkoneksi dan beban langsung lainnya juga mengalami penurunan 18,5% menjadi Rp 1,56 triliun.

Apalagi, XL berhasil mengantongi keuntungan dari penjualan dan sewa-balik menara yang nilainya Rp 2,06 triliun, naik hampir 5 kali lipat dari tahun sebelumnya. Awal tahun lalu, XL menjual 2.782 unit menara dengan nilai transaksi Rp 4,05 triliun, serta perjanjian sewa kembali.

Profitabilitas XL juga tergerus karena adanya biaya keuangan yang membebani perusahaan senilai Rp 2,66 triliun atau meningkat hingga 18,96% menjadi Rp 2,66 triliun. Alhasil, laba sebelum pajak penghasilan XL mengalami penurunan hingga 87,22% menjadi hanya Rp 146,21 miliar.

Meski begitu, XL mendapatkan manfaat pajak penghasilan senilai Rp 225,38 miliar pada 2020, berbeda dengan 2019 yang harus menanggung beban pajak penghasilan senilai Rp 431,53 miliar.

Dengan catatan demikian, XL mengantongi laba tahun berjalan senilai Rp 371,59 miliar pada 2020. Angka ini mengalami penurunan hingga 47,85% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 712,57 miliar.

Dari sisi aset, XL mampu meningkatkan jumlahnya mencapai 67,74 triliun pada 2020 dari Rp 62,72 triliun pada 2019. Aset tersebut terdiri dari aset lancar senilai Rp 7,57 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp 60,17 triliun.

Sementara, jumlah liabilitas jangka pendek XL mengalami penurunan menjadi Rp 18,85 triliun pada 2020 dari sebelumnya Rp 21,29 triliun. Sementara, liabilitas jangka panjang mengalami kenaikan menjadi Rp 29,75 triliun pada 2020 dari Rp 22,31 triliun pada tahun sebelumnya.

Tahun lalu, perekonomian dan dunia bisnis di seluruh negara, termasuk Indonesia mengalami gangguan karena adanya pandemi Covid-19. Sehubungan dengan perkembangan kasus pandemi Covid-19, XL melakukan penilaian atas dampaknya terhadap rencana operasi dan bisnis.

Berdasarkan penilaian yang dilakukan, manajemen tidak melihat adanya ketidakpastian material yang akan menyebabkan kerugian yang signifikan terhadap bisnis dan operasional. Manajemen juga menilai, pandemi tidak menimbulkan keraguan signifikan atas kemampuan XL untuk mempertahankan kelangsungan usahanya pada 31 Desember 2020.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...