Harga Batu Bara Naik, Laba Indo Tambangraya Meroket 312% Jadi Rp 1,7 T
Emiten pertambangan batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mengantongi laba bersih US$ 118 juta atau setara Rp 1,69 triliun (Kurs US$1 = Rp 14.348) sepanjang semester I 2021. Jumlah itu melonjak 312% dari raihan untung bersih periode yang sama tahun lalu US$ 29 juta atau setara Rp 416 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham dibukukan sebesar US$ 0,11.
Direktur Utama Indo Tambangraya Megah Mulianto menyampaikan perusahaan mampu memaksimalkan keuntungan dari momentum kenaikan harga batu bara, usai sebelumnya menerapkan efisiensi biaya saat harga batu bara menurun pada 2020.
"Program vaksinasi dan penerapan normalitas baru di seluruh dunia telah mendorong pemulihan konsumsi dan permintaan energi, sehingga harga batu bara mulai berangsur naik semenjak Oktober tahun lalu," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/8).
Indeks Newcastle mencatat harga batu bara menyentuh US$ 131,41 per ton pada akhir Juni 2021. Maka itu, sepanjang paruh pertama 2021, perolehan rata-rata harga batu bara perusahaan tercatat US$ 74,7 per ton, naik 34% dari US$ 55,7 per ton secara tahunan.
Pada periode tersebut, Indo Tambangraya menjual 9,0 juta ton batu bara. Penjualan terbesar ke Tiongkok 2,7 juta ton, Indonesia 1,7 juta ton, dan Jepang 1,4 juta ton. Sisanya, Filipina 0,7 juta ton, Thailand 0,7 juta ton, dan negara-negara lain di Asia Timur dan Tenggara.
"Penjualan bersih tercatat US$ 676 juta pada paruh pertama, sedangkan margin laba kotor naik dari 18% pada paruh pertama tahun lalu, menjadi 34% pada paruh pertama tahun ini," katanya.
Harga jual rata-rata yang signifikan ditambah efisiensi biaya membuat perusahaan menghasilkan arus kas yang cukup kuat. EBITDA tercatat US$ 224 juta pada paruh pertama 2021, naik 148% dari periode yang sama tahun sebelumnya,
Dari volume target penjualan 21,5-22,4 juta ton sepanjang tahun ini, Perusahaan telah mendapatkan 79% kontrak penjualan. Sebanyak 56% harga jualnya telah ditetapkan, 24% lagi mengacu pada indeks harga batu bara, sedangkan 21% belum terjual.
Sampai akhir Juni 2021, total aset perusahaan tercatat sebesar US$ 1.315 juta dengan total ekuitas US$ 906 juta. Perusahaan memiliki posisi kas dan setara kas sebesar US$ 390 juta dengan posisi total pinjaman bank sebanyak US$ 40 juta.
Rencana Bisnis
Ke depan, perusahaan yang kini dimiliki oleh korporasi asal Singapura, Banpu Minerals itu akan berfokus pada tiga bisnis utamanya, yakni bisnis pertambangan, perdagangan dan jasa, serta bisnis terbarukan dan lainnya. Hal itu dilakukan untuk menjawab tantangan adanya transformasi sektor energi.
Pada bisnis pertambangan, ITMG akan terus mengeksplorasi tambang yang dimiliki guna memastikan pertumbuhan cadangan organik serta mengembangkan tambang batu bara yang baru. Selain itu, perusahaan juga akan melanjutkan studi kelayakan gasifikasi batubara bawah tanah dan mencari peluang bisnis tambang mineral berteknologi bersih.
Di bidang perdagangan dan jasa, ITM akan berekspansi membeli batu bara yang bersumber dari pihak ketiga, guna meningkatkan pendapatan dari perdagangan dan pencampuran batu bara.
Secara internal, kontraktor penambangan milik perusahaan, TRUST akan mengembangkan bisnisnya di area gugus Melak. Terakhir, perusahaan akan aktif meningkatkan solusi modal sumber daya alam dengan investasi untuk reklamasi dan pencegahan deforestasi, sehingga dapat digunakan sebagai carbon offsetting.
Dalam bisnis energi terbarukan dan bisnis lainnya, perusahaan sedang memfinalisasi perencanaan konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pelabuhan yang berada di gugus Melak. ITMG juga akan mengaplikasikan berbagai solusi pertambangan digital untuk operasi penambangan yang lebih efisien.