Biaya Operasional Naik 253 %, Bank Neo Rugi Rp 132 Miliar
Perusahaan bank digital, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) membukukan kerugian bersih Rp 132 miliar sepanjang periode Januari-Juni 2021. Kondisi tersebut terjadi karena beban operasional perusahaan naik 253% untuk menopang transformasi digital.
Berdasarkan laporan keuangan Bank Neo, besaran beban operasional pada paruh pertama 2021 meningkat signifikan yakni 252,6% dari Rp 76 miliar per Juni 2020 menjadi Rp 268 miliar per Juni 2021. Alhasil Bank Neo harus membukukan rugi per Juni 2021, meskipun periode yang sama tahun lalu kinerja perusahaan masih membukukan laba Rp 19,6 miliar.
Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan, mengatakan penurunan laba bersih lebih banyak disebabkan transformasi untuk menjadi bank digital. Di mana, perusahaan tersebut terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi di sisi teknologi, pengembangan sumber daya dan pengembangan aplikasi agar sesuai kebutuhan pengguna, termasuk di dalamnya biaya promosi.
“Sejak awal 2021, kami sangat serius membangun kultur perusahaan yang kredibel, luwes, dan nyaman. Kami ingin membangun bank digital lebih dari sekedar bank yang tercermin melalui layanan dan produk perbankan kami yang inovatif,” kata Tjandra dalam keterangan resminya, Senin (30/8).
Laporan keuangan semester I-2021 juga melaporakan penyaluran kredit Bank Neo sebanyak Rp 3,8 triliun hingga Juni 2021. Capaian tersebut naik 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 2,9 triliun. Kenaikan tersebut turut mendukung pendapatan bunga bersih alias net interest income Bank Neo sebanyak 42% menjadi Rp 136 miliar per Juni 2021.
Adapun dari sisi aset Bank Neo membukukan kenaikan signifikan yakni 75% dari Rp 4 triliun per Juni 2020 menjadi Rp 7 triliun di Juni 2021. Kenaikan tersebut didukung pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) per Juni yang tumbuh 70% menjadi Rp 5,1 triliun per Juni 2021.
Sementara itu, per Juni tahun ini rasio kredit bermasalah terhadap total kredit alias non performing loan (NPL) bank mengalami kenaikan menjadi 3,42% dari posisi Juni 2020 yakni 2,75%. Rasio pinjaman terhadap simpanan alias loan to deposit ratio (LDR) mencapai 74,46% turun dari posisi 97,94% pada Juni 2020 lalu.
Sejak meluncurkan soft launching aplikasi bank digitalnya Maret 2021, Bank Neo gencar melakukan investasi di berbagai lini, terutama infrastruktur teknologi. Upaya tersebut agar perbankan dapat menawarkan berbagai inovasi digital.
Derasnya laju tranformasi Bank Neo menjadi bank digital di 2021, besaran angka investasi dan pos-pos biaya tertentu turut mengalami peningkatan. Investasi dilakukan dalam bentuk teknologi dan keamanan digital, pengembangan sumber daya manusia dan juga biaya promosi serta akuisisi nasabah baru (user acquistion cost) menjadi.
Manajemen memandang, kenaikan biaya investasi merupakan sesuatu yang wajar, mengingat Aplikasi Digital BNC atau dikenal dengan neo+ telah diunduh lebih dari lima juta pengguna di Google Play Store. Sedangkan jumlah unduhan di Apple Store per Agustus 2021 mencapai satu juta pengguna.
Bank Neo juga mencatat keberadaan aplikasi digitalnya telah menghasilkan pertumbuhan nasabah baru dari digital (new digital user growth) yang signifikan selama beberapa bulan sejak diluncurkan di Maret 2021. Fenomena tersebut ditopang minat masyarakat akan bank digital, serta besarnya animo nasabah baru akan produk dan layanan perbankan yang ditawarkan BNC.
Melansir RTI, pada perdagangan Senin (30/8) saham BBYB dibuka moderat di level Rp 1.590 per saham dari penutupan akhir pekan lalu. Adapun sepanjang 2021, saham BBYB sudah tumbuh 443,22%. Saat tulisan ini dibuat, harga saham Bank Neo tercatat naik 1,89% ke level Rp 1.620 per saham.