GoTo Gojek: Belum Ada Diskusi soal Merger dengan Grab
GoTo Gojek Tokopedia dikabarkan mengkaji merger dengan Grab. Namun perusahaan Tanah Air ini baru mengetahui isu tersebut setelah ada pemberitaan di media massa.
Induk Gojek itu baru mengetahui adanya kabar berdiskusi terkait merger dengan Grab melalui media massa. Penjelasan ini disampaikan melalui situs keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia atau BEI.
"Perseroan juga ingin menekankan bahwa saat ini tidak ada diskusi terkait hal tersebut," kata Sekretaris Perusahaan R A Koesoemohadiani dalam keterangan resmi di BEI, Selasa (13/2).
GoTo Gojek Tokopedia menegaskan bahwa fundamental dan posisi keuangan perusahaan semakin kuat. Bahkan grup telah mencapai target pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal IV 2023.
Besaran EBITDA yang disesuaikan juga sudah melampaui batas atas panduan kinerja sepanjang 2023.
Meski TikTok mengambil alih kendali atas Tokopedia, GoTo Gojek Tokopedia juga tetap menerima pendapatan setiap kuartal dari linis bisnis e-commerce ini. Hal ini akan berkontribusi secara langsung pada perusahaan.
"Perseroan akan terus berfokus untuk bertumbuh secara sehat dan meraih profitabilitas dengan mendorong pengembangan inovasi produk," kata Koesoemohadiani.
GoTo Gojek Tokopedia juga ingin berfokus pada keunggulan operasional pada bisnis on demand services atau Gojek dan teknologi keuangan alias GoTo Financial, serta meningkatkan nilai pemegang saham.
Lead Investment Analis Stockbit Sekuritas Edi Chandren sebelumnya menyampaikan, merger antara GoTo Gojek Tokopedia dan Grab akan berdampak positif terhadap profitabilitas bisnis Gojek.
GoTo Gojek Tokopedia merugi Rp 8,79 triliun per kuartal III 2023. Jika merger dengan Grab terjadi, maka profitabilitas perusahaan Tanah Air ini akan membaik.
Namun Stockbit Sekuritas menilai rencana merger GoTo Gojek Tokopedia dan Grab mungkin lebih sulit untuk dieksekusi dibandingkan kolaborasi dengan TikTok. Hal ini karena status Gojek dan Grab sebagai dua pemain terbesar dalam layanan on-demand di Indonesia.
“Jika merger, dapat memunculkan kekhawatiran monopoli,” kata Edi dalam analisisnya, Senin (12/2).