Waskita Karya Bakal Masuk Hutama Karya Dalam Waktu Dekat

Ringkasan
- PT Waskita Karya (WSKT) melakukan uji tuntas terkait rencana peleburan dengan Hutama Karya, dengan hasil akan membuat Hutama Karya memegang 74% saham WSKT, namun entitas Waskita Karya akan tetap ada.
- Kementerian BUMN menegaskan bahwa merger antara PT Hutama Karya dan PT Waskita Karya tidak akan menyebabkan pengurangan karyawan, menandakan bahwa ini merupakan pembentukan holding, bukan peleburan.
- Tujuan pembentukan holding BUMN Karya adalah untuk spesialisasi setiap perusahaan, menghindari kompetisi harga yang merugikan antara perusahaan BUMN konstruksi, dan meningkatkan kesehatan keuangan perusahaan.

Direktur Utama PT Waskita Karya Tbk (WSKT), Muhammad Hanugroho, menyatakan bahwa perusahaan telah melakukan uji tuntas (due diligence) dalam beberapa bulan terakhir terkait peleburan BUMN Karya, termasuk rencana untuk memasukkan WSKT ke dalam Hutama Karya.
"Kami menunggu pemegang saham seperti apa keputusannya," kata Oho dalam acara Public Expose 2024, di Gedung Waskita Heritage, Jakarta, Selasa (26/11).
Oho menjelaskan nantinya Hutama Karya atau HK akan menjadi pemegang saham WSKT yang memiliki 74% dari keseluruhan saham. Ia juga menyebut entitas Waskita Karya akan tetap ada, walaupun sebagian besar saham perusahaan dipegang oleh HK.
Kementerian BUMN sebelumnya buka suara terkait dengan rencana merger dua BUMN Karya, yakni PT Hutama Karya dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dan dampaknya terhadap karyawan dari masing-masing perusahaan.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan bahwa jika rencana ini terwujud maka tidak akan berdampak pada pengurangan karyawan di kedua BUMN karya tersebut.
“Jika yang terjadi adalah Waskita menjadi anak usaha Hutama Karya, tidak akan berdampak terhadap karyawan. Ini pembentukan holding bukan peleburan jadi tidak ada pengurangan,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/7).
Dia menyebut tujuan pembentukan holding yaitu agar tiap-tiap perusahaan BUMN Karya memiliki spesialisasi, menghindari persaingan sesama perusahaan konstruksi pelat merah, dan menyehatkan kinerja keuangannya. “Banting harga itu yang bikin BUMN Karya rugi dan tidak sehat karena adu tender,” tuturnya.