Investor Minta Tim Ekonomi Kabinet Baru Tuntaskan Pengangguran dan CAD
Sebagai informasi, neraca transaksi berjalan pada triwulan II 2019 mencapai US$ 8,44 miliar atau sekitar 3,04% dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut lebih besar dibanding triwulan sebelumnya yang hanya mencapai US$ 6,97 miliar atau sekitar 2,6% dari PDB maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 7,95 miliar atau 3,01% dari PDB.
Di sisi lain pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tercatat semakin lambat. Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi 2019 hanya mencapai 5,08%, di bawah target APBN 2019 sebesar 5,3%. Sedangkan Bank Dunia kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi hanya 5% dari sebelumnya 5,1%.
(Baca: Kepercayaan Investor Institusi Terhadap Kinerja Pemerintah Merosot)
Survei ini juga mengungkap sejumlah masalah bidang ekonomi lainnya yang harus diselesaikan oleh tim ekonomi Kabinet Jokowi-Ma’ruf seperti stabilitas harga barang dan jasa (72%), hambatan investasi di sektor riil (71%), kesenjangan ekonomi antar daerah (70%), serta perbaikan sistem perpajakan (67%).
Investor juga menginginkan pemerintah melakukan revitalisasi industri (65%), dan manajemen utang pemerintah yang lebih baik (63%). Namun investor meletakkan masalah undang-undang ketenagakerjaan sebagai prioritas paling rendah dibandingkan isu lainnya (53%).
Berikut ini adalah proyeksi defisit neraca transaksi berjalan, tingkat inflasi, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2020.