Ingin Dorong Ekonomi, Trump Tekan Bank Sentral AS Pangkas Suku Bunga
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak The Federal Reserve (The Fed) agar menurunkan suku bunga dan kembali melakukan kebijakan quantitative easing (pelonggaran kuantitatif) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi AS.
"Saya pribadi berpikir The Fed harus menurunkan suku bunganya. Saya pikir mereka benar-benar memperlambat kami. Tidak ada inflasi," kata Trump kepada wartawan ketika ia meninggalkan Gedung Putih menuju California, Jumat (5/4) waktu setempat.
Trump juga menyarankan agar bank sentral untuk mengejar pelonggaran kuantitatif, sebuah strategi yang sebelumnya digunakan untuk mengatasi krisis keuangan satu dekade lalu, yang melibatkan pembelian triliunan obligasi pemerintah dan sekuritas yang didukung hipotek.
(Baca: Trump: Kesepakatan Dagang Akan Segera Ditandatangani dengan Xi Jinping)
Trump telah berulang kali mengkritik kenaikan suku bunga The Fed tahun lalu. Bahkan Trump dikabarkan telah membahas opsi pemecatan Ketua Fed Jerome Powell. The Fed menyetujui empat kenaikan suku bunga pada 2018, melanjutkan langkah menuju normalisasi kebijakan yang dimulai pada 2015.
Pada Maret, The Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari, dan sekali lagi berjanji untuk bersabar dengan kenaikan suku bunga di masa depan. The Fed juga mengatakan akan mengakhiri limpasan atau pengurangan neracanya pada akhir September.
The Fed mulai secara bertahap mengurangi portofolio efek dan obligasi yang didukung hipotek pada Oktober 2017 dengan membiarkan sekuritas jatuh tempo tanpa menginvestasikan kembali hasilnya, yang disebut "pengetatan kuantitatif" (quantitative tightening). The Fed telah memangkas neracanya dari posisi tertingginya sebesar 4,5 triliun dolar AS menjadi 4,1 triliun dolar AS saat ini.
Menurut data dari Departemen Perdagangan AS, produk domestik bruto riil AS tumbuh 2,9% pada 2018, sedikit di bawah target pertumbuhan tahunan yang ditetapkan pemerintahan Trump sebesar 3,0%.
(Baca: Kicauan Trump Buat Rupiah dan Mata Uang Asia Bertenaga di Awal Pekan)