Tiga Optimisme Gubernur BI Terhindar dari Serangan Krisis Ekonomi

Rizky Alika
Oleh Rizky Alika - Muchamad Nafi
28 Mei 2018, 07:06
perry warjiyo
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan saat seminar ekonomi internasional di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (28/4). Seminar yang diselenggarakan Bank Indonesia itu membahas tentang pandangan ekonomi global dari perspektif ASEAN.

Total utang luar negeri Indonesia terdiri dari utang luar negeri pemerintah dan bank sentral US$ 184,69 miliar serta utang swasta US$ 174,05 miliar. Untuk utang pemerintah dan bank sentral dalam tiga bulan pertama tahun ini meningkat US$ 4,06 miliar (2,25 persen) dari posisi Desember 2017, sementara utang swasta meningkat US$ 1,34 miliar (0,78 persen).

Walaupun utang luar negeri meningkat, tapi PDB Indonesia juga membesar hingga US$ 16,3 miliar (1,6 persen) menjadi US$ 1.031,87 miliar pada triwulan satu tahun 2018, lebih tinggi dari triwulan keempat tahun lalu US$ 1.015,57 miliar. (Lihat: Kondisi Utang Luar Negeri Indonesia 1998 dengan 2017).

Indikator terakhir, Perry optimistis terkait depresiasi rupiah. Menurutnya, tingkat depresiasi rupiah secara year to date (ytd) sebesar 4,3 persen atau rendah dibandingkan negara lain. Jika dibandingkan dengan CAD, tingkat rupiah depresiasinya relatif rendah.

Selain itu, Perry menilai Indonesia sudah melalui berbagai tekanan, seperti masa temper tantrum pada 2013 dan tekanan dari revisi pertumbuhan perekonomian Tiongkok 2015. “Sekarang jauh lebih kecil dari episode-episode tadi,” ujar dia. Walau demikian, dia menegaskan BI akan selalu waspada dan konsisten dengan perhitungan yang dilakukan untuk langkah stabilisasi nilai tukar.

Bila dibandingkan dengan krisis 1998, rupiah sempat melemah hingga 16.650 per dolar. Namun, neraca perdagangan triwulan kedua ketika itu masih surplus US$ 1,2 miliar dan neraca transaksi berjalan surplus US$ 670 juta. Hanya saja, cadangan devisa kala itu hanya US$ 18,99 miliar.

Saat ini, membaiknya ekonomi Amerika membuka ruang bagi kenaikan suku bunga The Fed hingga tiga kali lagi hingga akhir tahun yang memicu terapresiasinya dolar terhadap mata uang utama dunia.

Ketidakpastian pasar finansial global terkait kenaikan suku bunga The Fed masih menjadi fokus utama para pelaku pasar. Mereka mencoba mengalihkan dana kelolaannya dari mata uang yang dianggap berisiko ke yang aman (safe haven) seperti dolar Amerika maupun yen Jepang. Nilai tukar rupiah untuk kontrak satu bulan ke depan berada di level 14.250 dan kontrak tiga bulan ke depan 14.419.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...