BI: Pelemahan Rupiah Bukan yang Terparah di Antara Negara Berkembang

Rizky Alika
23 April 2018, 22:16
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

"Importir lebih banyak memegang dolar untuk kebutuhan impor bahan baku dan barang konsumsi jelang Lebaran. Perusahaan juga meningkatkan pembelian dolar untuk pelunasan utang luar negeri jangka pendek. Lebih baik beli sekarang sebelum dolar semakin mahal," ujar dia kepada Katadata.co.id.

Selain itu, Bhima mengatakan investor berspekulasi terkait kenaikan bunga dana Bank Sentral AS pada rapat 1-2 Mei 2018 mendatang. Spekulasi tersebut membuat arus dana asing keluar (capital outflow) dari pasar saham mencapai Rp 7,99 triliun dalam satu bulan terakhir.

"Kenaikan yield atau imbal hasil treasury bond jelang rapat Fed membuat sentimen investasi di negara berkembang khususnya Indonesia menurun," katanya.

Bhima memperkirakan, permintaan dolar AS naik pada triwulan II 2018 karena emiten secara musiman membagikan dividen. Investor di pasar saham sebagian besar adalah investor asing sehingga mengonversi hasil dividen rupiah ke dalam mata uang dolar.

Sementara itu, ia memperkirakan defisit transaksi berjalan tahun ini semakin melebar hingga 2,1% terhadap produk domestik bruto (PDB). "Selain karena keluarnya modal asing juga karena defisit neraca perdagangan yang diperkirakan akan kembali terjadi jelang Lebaran karena impor barang konsumsinya naik," ujarnya.

Bhima menyarankan pemerintah untuk memperkuat kinerja ekonomi domestik karena sebagian besar yang mempengaruhi pelemahan rupiah merupakan fundamental ekonomi. Efektivitas proyek infrastruktur dan penyaluran bantuan sosial (bansos) harus lebih tepat sasaran.

Selain itu, pemerintah perlu menjaga stabilitas harga baik BBM, listrik maupun harga pangan jelang Ramadhan. Selain itu, pengusaha terutama yang memiliki utang luar negeri diharapkan untuk melakukan hedging atau lindung nilai atas utang valasnya. "Fluktuasi kurs dapat membuat risiko gagal bayar utang valas meningkat," kata Bhima.

Di sisi lain, ia menekankan perusahaan yang bersiap membagikan dividen perlu mempersiapkan pasokan dolar untuk memitigasi kurs dolar semakin mahal ke depannya.

Adapun BI dinilainya tidak bisa terus mengandalkan cadangan devisa sebagai instrumen stabilitas nilai tukar. "Harus lebih kreatif gunakan cara lain. Kalau terus menerus cadev berkurang bisa berbahaya bagi perekonomian," ujar dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...