Utang Pemerintah Tembus Rp 4.000 T, Ini Risiko yang Perlu Diwaspadai

Martha Ruth Thertina
15 Maret 2018, 13:34
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

Sebagai alternatif solusinya, ia mendorong agar pemerintah lebih mengupayakan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), untuk mendanai berbagai proyek pemerintah dan pengembangan industri di dalam negeri.

Dalam jangka panjang, FDI terutama yang mengalir untuk industri berorientasi ekspor bakal mempertebal devisa. “FDI mungkin akan membuat impor bahan baku tinggi di awal, tapi kalau produknya bukan hanya untuk pasar domestik, tapi untuk diekspor, maka ke depan bisa menaikkan devisa,” ucapnya. 

Menurut perhitungan David, Indonesia masih perlu mempertebal cadangan devisa. Hal itu dengan mempertimbangkan utang luar negeri jangka pendek yang cukup besar yaitu mencapai US$ 50 miliar. “Kalau sekarang cadangan devisa sekitar US$ 130 miliar, paling tidak harus US$ 150-200 miliar, ini dengan benchmark dengan negara-negara lain,” kata dia. (Baca juga: BI Jaga Rupiah, Cadangan Devisa Februari Anjlok Hampir US$ 4 Miliar)

Selain FDI, ia juga mendorong adanya pendalaman pasar finansial, melalui penerbitan instrumen-instrumen investasi lainnya, misalnya surat utang yang tidak bisa dijual dalam jangka waktu tertentu. “Mesti dicari instrumen lain, ada savings bonds harus ditahan 3 tahun, SUN mungkin diperkenalkan fixed 3 tahun,” kata dia. (Baca juga: Cegah Dana Asing Keluar, Ekonom Usulkan Holding Period Obligasi Negara)

Adapun pemanfaatan utang dinilai David sudah semakin baik. Hal itu lantaran utang lebih banyak dialokasikan untuk keperluan produktif lantaran subsidi sudah lebih tepat sasaran dan semakin banyak alokasi untuk pembangunan infrastruktur. “Ke depan harus banyak alokasi juga untuk pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) ya,” ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...