Dampak Negatif Brexit bagi Indonesia Baru Terasa 2-3 Tahun Lagi

Desy Setyowati
11 Juli 2016, 13:56
Pelabuhan ekspor
Arief Kamaludin | Katadata

(Baca: Di Asia, India Paling Sedikit Terdampak Brexit)

Ia memperkirakan, dampak ronde kedua Brexit ini baru akan terjadi pada 2019. Hitung-hitungannya, Inggris telah merampungkan proses negosiasi terkait perdagangan, politik, dan urusan ekonomi lainnya dengan Uni Eropa dalam tempo dua tahun ke depan. Selanjutnya, hasil negosiasi tersebut akan berpengaruh terhadap perekonomian negara lain paling cepat satu tahun kemudian.

Ekonom Universitas Indonesia Muhammad Chatib Basri juga memperkirakan Brexit menyebabkan harga komoditas dan energi menurun karena permintaannya berkurang. Padahal, sekitar 60 persen dari ekspor Indonesia merupakan energi dan komoditas. Kondisi ini akan mempengaruhi penerimaan negara, sehingga mengurangi kemampuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, bekas Menteri Keuangan ini menilai dampak Brexit terhadap pasar keuangan akan lebih besar karena mendorong investor mencari negara yang lebih aman untuk berinvestasi (flight to quality). Opsinya adalah AS dan Jepang, serta komoditas emas.

Dalam jangka pendek, menurut Chatib, dampak Brexit terhadap Indonesia relatif terbatas.

Tetapi, dia mengingatkan tentang konsep “animal spirits” yang diutarakan oleh ekonom John Maynard Keynes. Yaitu “dalam situasi yang tidak pasti, individu akan mencoba mengurangi risiko dengan bergerak mengikuti pola kelompoknya.” Dalam kondisi seperti itu, menurut dia, tidak banyak ruang bagi pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk melakukan eksperimen kebijakan. Kebijakan yang dianggap menimbulkan ketidakpastian dapat direspons negatif oleh pasar dengan melepas portofolionya. Karenanya, pemerintah dan BI perlu menjaga stabilitas ekonomi makro, seperti defisit anggaran yang tidak membesar.

(Baca: Pasca Brexit, 30 Bank Sentral di Dunia Siap Jaga Pasar Keuangan)

Sementara itu, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo berpandangan, dampak Brexit akan menyebabkan penurunan perekonomian AS sekitar 0,25 persen per tahun. Dampak lainnya yakni ke perekonomian Cina. Alhasil, kondisi tersebut akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.

Meski begitu, Perry menilai, masih sulit mengukur besar kecilnya dampak Brexit terhadap perekonomian Indonesia. Sebab, proses negosiasi antara Inggris dan Uni Eropa masih akan berlangsung selama dua tahun ke depan.

Karenanya, BI lebih berkonsentrasi kepada persoalan-persoalan politik yang bisa menimbulkan gejolak di pasar keuangan. “Yang harus diwaspadai itu ketidakpastian. Tugas kami menstabilkan nilai tukar, memastikan likuiditas di pasar tersedia, bank-bank sehat dan tidak terjadi gejolak,” kata Perry.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...