Giro dan Uang Elektronik Turun, Uang Beredar April 2020 Melambat

Agatha Olivia Victoria
3 Juni 2020, 21:35
Ilustrasi, uang rupiah. Perlambatan uang beredar terjadi karena seluruh komponennya, baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi dan surat berharga selain saham melambat.
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, uang rupiah. Perlambatan uang beredar terjadi karena seluruh komponennya, baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi dan surat berharga selain saham melambat.

Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian alias uang beredar dalam arti luas (M2) melambat pada April 2020. Perlambatan M2 terjadi karena perlambatan seluruh komponennya, baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham.

Adapun, posisi M2 bulan April 2020 tercatat sebesar Rp 6.238,3 triliun, atau tumbuh 8,6% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya, yakni sebesar 12,1%.

Secara rinci, uang kuasi yang memiliki pangsa terhadap M2 tercatat sebesar 74,3% dengan nilai Rp 4.637,3 triliun, melambat dari 10,8% pada Maret 2020 menjadi 8,5%. Hal ini terjadi seiring dengan perlambatan simpanan berjangka, tabungan, maupun giro valas.

Sejalan dengan hal tersebut, surat berharga selain saham juga melambat dari 44,6% menjadi 20,6%. Perlambatan terutama didorong oleh peningkatan surat berharga rupiah bank yang dimiliki oleh perusahaan korporasi finansial.

Kemudian, M1 tercatat melambat dari 15,4% menjadi 8,4%, disebabkan oleh melambatnya giro rupiah dari 22% menjadi 9,4%. Ini terjadi karena penurunan saldo giro rupiah milik nasabah korporasi dan perorangan.

Pertumbuhan dana float atau saldo uang elektronik yang diterbitkan bank juga tercatat kembali mengalami penurunan yakni -14,8%, lebih dalam dibandingkan penurunan bulan sebelumnya, yang sebesar -10%. Porsi uang elektronik tercatat sebesar 0,14% terhadap M1 dengan nilai Rp 2,2 triliun.

(Baca: Pertumbuhan Kredit Perbankan pada April Melambat di Semua Sektor)

Sementara, posisi uang kartal di masyarakat atau di luar perbankan dan BI pada April 2020 tercatat sebanyak Rp 634,1 triliun, tumbuh 7%. Pertumbuhannya lebih besar dibandingkan Maret 2020, yang sebesar 5,9%. Peningkatan pertumbuhan terjadi seiring dengan meningkatnya kebutuhan kartal memasuki bulan Ramadhan.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, perlambatan M2 disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan aktiva dalam negeri bersih, dari 11,4% menjadi 6,2% pada April 2020. Hal ini seiring dengan kontraksi operasi keuangan pemerintah serta perlambatan penyaluran kredit.

Kontraksi operasi keuangan pemerintah tercermin dari tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang tumbuh melambat 1,7%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 14,5%. Kontraksi tersebut disebabkan oleh peningkatan kewajiban sistem moneter kepada pemerintah pusat berupa simpanan, baik rupiah maupun valas.

Sejalan dengan hal itu, penyaluran kredit turut menunjukkan perlambatan, dari 7,2% menjadi 4,9%. Perlambatan terjadi pada seluruh jenis penggunaan kredit, baik kredit modal kerja, investasi, maupun konsumsi.

Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih tercatat tumbuh sebesar 15,8%, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 13,9%. Hal ini terjadi karena peningkatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk sejalan dengan peningkatan cadangan devisa pada bulan April 2020.

(Baca: Surat Utang RI Diborong Asing, Rupiah Menguat 2,2% jadi 14.095 per US$)

Reporter: Agatha Olivia Victoria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...