Sinyal Geliat Ekonomi Usai PSBB, Neraca Dagang Diramal Surplus Rp 69 T

Agatha Olivia Victoria
15 Juli 2020, 10:23
PSBB Dilonggarkan, Neraca Dagang RI Diramal Surplus Rp 69 T.
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Ilustrasi kegiatan ekspor impor Indonesia di pelabuhan. Ekonom memperkirakan neraca dagang Indonesia Juni surplus hingga US$ 1 miliar.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan neraca perdagangan Indonesia periode Juni 2020, hari ini, Rabu (15/7). Sejumlah ekonom memperkirakan neraca dagang RI akan mengalami surplus US$ 1 miliar atau sekitar Rp 69,3 triliun. 

Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam memperkirakan neraca perdagangan Juni akan mengalami surplus, melanjutkan tren positif bulan sebelumnya.

"Hanya tidak sebesar yang bulan Mei," ujar Piter kepada katadata.co.id.  

Penyebabnya, pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak Juni sudah mulai menggeliatkan aktivitas manufaktur dalam negeri. Alhasil, akan menarik banyak barang impor terutama bahan baku. Meski demikian, aktivitas manufaktur memang belum sepenuhnya pulih seperti sebelum terjadi pandemi Covid-19.

(Baca: Ada IA-CEPA, Mendag Target Defisit Dagang RI-Australia Turun di 2021)

Sementara dari sisi ekspor, Piter menilai kinerjanya masih akan sedikit tertahan meskipun ada perbaikan harga komoditas seperti minyak sawit, tembaga dan nikel. Ini dikarenakan permintaan dari beberapa negara mitra utama seperti India, Amerika Serikat, dan beberapa negara ASEAN masih lemah karena pandemi.

"Untuk Tiongkok, demand sudah berangsur pulih terlihat dari aktivitas ekspor Indonesia ke sana,"  ujarnya.

Pengamat Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi juga mengungkapkan hal senada. Dia memperkirakan neraca perdagangan Indonesia Juni 2020 akan surplus sebesar US$ 1 miliar.

Adapun nilai ekspor diramal tumbuh 4,6% secara bulanan menjadi US$ 11 miliar, namun masih terkontraksi 6,5% secara tahunan. Kemudian, nilai impor diprediksi sebesar US$ 10 miliar, naik 18,9% secara bulanan tetapi turun 12,7% secara tahunan.

Jika dibandingkan bulan sebelumnya, Eric menilai kenaikan ekspor terutama didorong oleh peningkatan permintaan ekspor nonmigas dari negara tujuan utama ekspor Indonesia. Sementara itu, peningkatan impor terutama berasal darikomoditas bahan baku.

(Baca: Neraca Dagang Surplus, Rupiah Perkasa ke 14.115 per Dolar AS)

"Ini Sehubungan dengan mulai dibukanya sembilan sektor pada perekonomian Indonesia," ujar Eric di waktu yang berlainan.

Ekonom Permata Bank Josua Pardede juga memperkitakan neraca dagang RI pada Juni akan surplus sekitar US$ 1,42 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar US$ 2,09 miliar.

"Mengecilnya surplus ini didorong oleh proyeksi bahwa impor diperkarakan akan mulai mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya," kata Josua.

Peningkatan impor pada bulan Juni didorong oleh mulai beroperasinya kembali industri pengolahan Indonesia yang tercermin dari kenaikan purchasing managers index (PMI) Manufacturing Indonesia menjadi 39,1 dari sebelumnya 28,6. Kenaikan impor bulanan ini juga diperkirakan akan terdorong oleh kenaikan harga minyak dunia sebesar 10,65%.

Ekspor Indonesia juga masih akan mengalami peningkatan secara bulanan meskipun diperkirakan tidak sebesar kenaikan impor. Kenaikan ekspor bulan ini dipicu oleh semakin meningkatnya aktivitas manufaktur di negara mitra dagang Indonesia, seperti Tiongkok, India, dan Jepang.

Selain itu, kenaikan ekspor periode Juni juga kemungkinan ditopang oleh kenaikan harga komoditas ekspor utama Indonesia, seperti CPO dan batubara yang masing-masing naik sekitar 6,65% dan 0,29% secara bulanan.

Pada Mei 2020, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 2,1 miliar. Detailnya bisa dilihat dalam databoks berikut:

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...