Meski Neraca Dagang Surplus, Rupiah Melemah 0,34% ke Rp 14.845/US$
Nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,34% di pasar spot pada Selasa (18/8) sore ke level Rp 14.845 per dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda tercatat bergerak melemah meski Indonesia mencatatkan peningkatan surplus pada neraca perdagangan.
Adapun, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan nilai tukar rupiah di level Rp 14.907 per dolar AS. Level tersebut dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) pukul 10.00 WIB hari ini.
Dengan pelemahan pada sore ini, rupiah tercatat sebagai mata uang terlemah di Asia mengingat mayoritas mata uang di wilayah ini justru menguat terhadap dolar AS.
Mengutip Bloomberg, yen Jepang dan dolar Singapura masing-masing tercatat menguat 0,41% dan 0,22% terhadap dolar AS. Kemudian, dolar Taiwan dan won Korea Selatan juga tercatat menguat masing-masing 0,01% dan 0,06% terhadap dolar AS.
Selain itu peso Filipina, rupee India dan yuan Tiongkok masing-masing menguat 0,16%, 0,17% dan 0,16%. Lalu, ringgit Malaysia dan baht Thailand masing-masing menguat 0,17% dan 0,02% terhadap dolar AS. Hanya dolar Hong Kong yang tidak bergerak.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai rupiah bergerak melemah karena pasar tidak merespon positif membaiknya neraca dagang Indonesia. Sebab, peningkatan surplus neraca pada Juli 2020 utamanya disebabkan bukan karena performa ekspor yang meningkat, melainkan karena impor turun tajam.
Pada Juli 2020 nilai impor Indonesia tercatat sebesar US$ 10,47 miliar, turun 2,73% dibandingkan Juni 2020 dan 32,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan impor terutama disebabkan oleh impor nonmigas yang mencapai 5,73%, sedangkan impor migas naik 41,53% akibat kenaikan harga minyak mentah. Berdasarkan penggunaanya, penurunan impor paling tinggi terjadi pada barang konsumsi yang mencapai 21,01%.
Impor bahan baku penolong Juli 2020 turun 2,5% dibanding bulan sebelumnya, tetapi anjlok 34,46% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan impor barang modal naik 10,82% dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi masih anjlok dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Dengan sentimen ini, kemungkinan rupiah masih akan melemah pada perdagangan besok dengan pergerakan di kisaran Rp 14.820-14.920 per dolar AS," ujarnya.