BI Sepakat dengan Pemerintah, Target Ekonomi 2021 Tumbuh 4,8% - 5,8%

Agatha Olivia Victoria
2 September 2020, 15:34
bank indonesia, pertumbuhan ekonomi, BI, pandemi corona
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut perbaikan ekonomi mulai telihat pada Juni 2020 setelah mengalami kontraksi dalam pada bulan sebelumnya.

Orang nomor satu di bank sentral tersebut menilai perbaikan ekonomi RI tak terlepas dari mulai pulihnya perekonomian global. Setelah mengalami tekanan berat pada kuartal  II 2020 karena dampak pandemi, perekonomian global pada paruh kedua 2020 diperkirakan membaik.

Sejumlah indikator mengindikasikan peningkatan mobilitas masyarakat global, membaiknya keyakinan konsumen dan bisnis di banyak negara, serta naiknya PMI manufaktur. Dirinya memperkirakan ekonomi dunia terkontraksi 4,9% pada 2020. "Namun kemudian tumbuh positif 5,4% pada 2021," katanya.

Ekonomi Tiongkok diperkirakan mulai pulih pada kuartal IV 2020. Sementara negara lainnya baru pulih pada 2021.

Di pasar keuangan global, ketidakpastian menurut Perry, masih berlanjut antara lain karena kekhawatiran gelombang kedua Covid-19. Selain itu, kekhawatiran prospek pemulihan ekonomi global dan kenaikan tensi geopolitik Amerika Serikat dan Tiongkok. Kondisi itu menahan aliran modal ke negara berkembang dan memberi tekanan pada nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kondisi manufaktur Indonesia membaik dan mulai kembali ke level ekspansi pada Agustus 2020 untuk pertama kalinya sejak Februari 2020 atau saat pandemi Covid-19 mulai merebak di luar Tiongkok. Perbaikan ini ditunjukkan oleh indikator purchasing manager's index atau PMI yang berada di level 50,8 atau naik dibandingkan posisi Juli 46,9. Aktivitas manufaktur dikatakan positif atau berada pada level ekspansif jika indeks berada di atas 50.

Tren positif industri manufaktur juga terjadi di berbagai negara, antara lain di Amerika Serikat di level 53,6 dan Tiongkok 53,1, dan Eropa 51,7. Namun, masih ada beberapa negara yang mengalami kontraksi pada aktivitas manufaktur dan belum kembali ke level seperti sebelum pandemi, antara lain Jepang sebesar 46,6 dan Thailand 49,7. Sementara Malaysia dan Filipina justru kembali mencatatkan kontraksi aktivitas manufaktur pada Agustus setelah sempat pulih dan kembali ekspansif pada Juli.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menjelaskan, perbaikan aktivitas manufaktur yang terus berlanjut meningkatkan optimisme pemulihan ekonomi global. Namun, berbagai risiko masih harus diwaspadai. "Kasus Covid-19 masih berada dalam tren peningkatan di dunia dan terdapat ancaman gelombang kedua Covid-19 yang dapat menghambat aktivitas perekonomian serta membayangi proses pemulihan ekonomi ke depan", ujar Febrio dikutip dari keterangan pers, Selasa (1/9).

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...