Gonjang-ganjing Stimulus AS, Rupiah Sepekan Menguat Tipis
Nilai tukar rupiah pada perdagangan pasar spot sepekan ini menguat tipis 0,02% ditutup di posisi Rp 14.697 per dolar AS. Pergerakan rupiah pekan ini dipengaruhi oleh perkembangan demonstrasi UU Omnibus Law Cipta Kerja hingga gonjang-ganjing stimulus tambahan Amerika Serikat.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah selama satu pekan terakhir lebih dipengaruhi sentimen Brexit dan stimulus Negeri Paman Sam. Kedua sentimen itu membuat indeks dolar AS menguat.
Sementara demonstrasi terkait UU Cipta Kerja dinilai tak terlalu menjadi sentimen negatif terhadap rupiah. "Karena tidak ada partai besar yang membekingi demonstrasi," ujar Ibrahim kepada Katadata.co.id, Jumat (16/10).
Rencana tambahan stimulus AS belakangan ini tak juga menemukan titik temu. Presiden AS Donald Trump menawarkan untuk menaikkan label harga pada paket US$ 1,8 triliun yang diusulkan pada awal pekan.
Tawaran Trump ditolak oleh Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, yang khawatir Partai Republik tidak akan menyetujui kenaikan harga. Menteri Keuangan Steven Mnuchin juga memberi tahu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nancy Pelosi pada hari yang sama bahwa Trump secara pribadi akan melobi untuk meminta Senat Republik yang enggan berada di balik kesepakatan apa pun yang dicapai.
"Investor terus meragukan kesepakatan yang terwujud sebelum pemilihan presiden 3 November," kata Ibrahim.
Di sisi lain, Ibrahim menilai pasar terus mengawasi permintaan Uni Eropa. Adapun Inggris menawarkan lebih banyak konsesi untuk mengamankan kesepakatan perdagangan atau bersiap untuk mengakhiri periode transisi pasca-Brexit yang tidak teratur.
Dia menyebutkan bahwa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan memberikan tanggapan pada hari ini. Tetapi, mengingat sikap garis kerasnya pada negosiasi, mundur akan menjadi rumit.
Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari. Namun, kedua belah pihak menawar kesepakatan yang akan mengatur sekitar US$ 900 miliar. Kesepakatan itu dalam perdagangan tahunan ketika keanggotaan informal yang dikenal sebagai periode transisi berakhir pada 31 Desember.
Dalam perdagangan pekan depan, Ibrahim memperkirakan rupiah akan dibuka melemah dengan pergerakan menuju arah penguatan seiring persetujuan Brexit serta UU Cipta Kerja yang akan mulai diterima masyarakat. "Beberapa kalangan akademik juga sudah mulai menerima," ujarnya.
Sentimen juga datang dari Bank Dunia yang baru saja merespons positif Omnimbus Law Cipta Kerja. Lembaga itu menilai beleid sapu jagat tersebut merupakan upaya reformasi besar-besaran untuk menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera.
Bank sentral mencatat terdapat aliran modal asing masuk di pasar keuangan RI sebanyak Rp 4,77 triliun dalam satu pekan ini. Dana asing masuk melalui pasar surat berharga negara.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko memerinci, modal asing masuk dalam bentuk portofolio di pasar SBN tercatat masuk Rp 4,87 triliun. Namun, masih ada dana asing keluar dari pasar saham Rp 97 miliar.
"Berdasarkan data setelmen selama 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp 166,82 triliun," tulis Onny dalam keterangan resminya, Jumat (16/10).
BI turut mencatat premi risiko investasi alias credit default swap RI lima tahun naik dari 91,37 bps per 9 Oktober 2020 menjadi 96,26 bps per 15 Oktober 2020. Sementara imbal hasil atau yield SBN 10 tahun turun dari 6,74% pada kemarin sore menjadi 6,72% pada pagi hari ini.