Kinerja Ekspor Positif, Ekonomi Tiongkok Bisa Tumbuh 2,3% Tahun Lalu
Ekonomi Tiongkok tumbuh 2,3% sepanjang tahun lalu, dan menjadi satu-satunya negara ekonomi utama dunia yang berhasil menghindari kontraksi akibat pandemi Covid-19. Namun, pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan yang terlemah sejak 1976 saat revolusi kebudayaan.
Biro Statistik Tiongkok mencatat ekonomi Tiongkok pada kuartal keempat tumbuh 6,5% secara tahunan. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari proyeksi para ekonom yang disurvei Reuters sebesar 6,1%, maupun pertumbuhan pada kuartal ketiga 4,9%.
"PDB yang lebih tinggi dari perkiraan menunjukkan bahwa ekonomi Tiongkok telah melangkah ke zona ekspansif, meskipun beberapa sektor masih dalam pemulihan," ujar ekonom ANZ Xing Zhaopeng dikutip dari Reuters, Senin (18/1).
Langkah-langkah penanggulangan penyebaran Covid-19 yang ketat dan stimulus kebijakan membuat ekonomi Tiongkok pulih dengan cepat. Negara ini hanya mengalami kontraksi secara tahunan pada kuartal pertama 2020 sebesar 6,8% saat jumlah kasus mencapai puncaknya dan mulai pulih pada kuartal kedua.
Kekuatan ekonomi Asia ini didorong oleh sektor ekspor yang sangat tangguh. Data pekan lalu menunjukkan ekspor Tiongkok tumbuh lebih dari perkiraan pada Desember. Gangguan pasokan barang akibat penyebaran Covid-19 di seluruh dunia memicu permintaan barang-barang asal Tiongkok, bahkan saat yuan menguat dan membuat barang dari negara tersebut lebih mahal.
Sementara konsumsi rumah tangga yang menjadi pendorong utama pertumbuhan, berada di bawah perkiraan para ekonomi di tengah kekhawatiran kebangkitan kembali kasus Covid-19. Penjualan retail turun 3,9% secara tahunan pada tahun lalu, menandai kontraksi pertama sejak 1968.
Pertumbuhan penjualan ritel pada Desember meleset dari perkiraan analis dan turun menjadi 4,6% dari 5% pada November. Penjualan pakaian, kosmetik, telekomunikasi, dan otomotif tumbuh melambat.
Namun, sektor manufaktur Tiongkok yang luas terus mendapatkan momentum, dengan hasil produksi industri naik pada tingkat yang lebih cepat dari perkiraan sebesar 7,3% pada Desember 2020, mencapai level tertinggi sejak Maret 2019.
Berbagai data ekonomi yang cerah telah mengurangi kebutuhan lebih banyak pelonggaran moneter tahun ini. Sumber Reuters menyebut, Bank Sentral Tiongkok memutuskan untuk mengurangi beberapa dukungan kebijakan meski dipastikan tidak akan ada perubahan arah kebijakan yang tiba-tiba.
Kepala Biro Statistik Tiongkok Ning Jizhe mengatakan bahwa akan ada banyak kondisi yang menguntungkan untuk mempertahankan pemulihan ekonomi Tiongkok pada 2021, seperti pasar yang besar dan rantai pasokan yang tangguh.
Tahun ini menandai dimulainya rencana lima tahun ke-14 Tiongkok, yang menurut pembuat kebijakan, penting untuk mengarahkan ekonomi keluar dari jebakan negara kelas menengah.
Tingkok masih menghadapi banyak tantangan, tidak terkecuali ketegangan antara Beijing dan Washington di bawah pemerintahan baru AS yang akan dipimpin oleh Presiden terpilih Joe Biden. Selain itu, kenaikan biaya tenaga kerja, populasi yang menua, dan lonjakan kredit macet baru-baru ini menambah risiko ekonomi terbesar kedua dunia ini.