BI Ramal Inflasi Agustus 0,01%, Harga Minyak Goreng dan Tomat Naik
Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Agustus 0,01% secara bulanan (month to month/mtm). Ini utamanya didorong oleh kenaikan harga minyak goreng dan tomat.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono memperkirakan, inflasi Agustus 0,82% secara tahun kalender dan 1,57% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy).
"Survei pemantauan pada minggu keempat Agustus, perkembangan harga relatif terkendali. Inflasi diperkirakan 0,01%," kata Erwin dalam keterangan pers, Jumat (27/8).
Kenaikan harga minyak goreng dan tomat menjadi penyumbang utama inflasi Agustus. dMinyak goreng diprediksi inflasi 0,03% mtm, sementara tomat 0,02%.
Menurut data infopangan.jakarta.go.id, harga minyak goreng naik 4,7% dalam sebulan terakhir. Harganya Rp 15.553 per kilogram (kg) pada perdagangan Jumat (27/8), naik dibandingkan bulan lalu (27/7) Rp 14.851.
Sedangkan harga tomat naik 11%. Harganya melonjak dari Rp 16.511 bulan lalu (27/7) menjadi Rp 18.340 kemarin. Pada pekan lalu, harganya bahkan menyentuh Rp 18.638 per kg.
Selain dua komoditas itu, harga telur ayam ras dan rokok kretek filter masing-masing naik 0,01% mtm.
Sedangkan komoditas yang deflasi atau turun harga yaitu cabai rawit turun 0,05% mtm. Disusul cabai merah deflasi 0,03%.
Lalu kangkung, bayam, sawi hijau, kacang panjang, bawang merah, jeruk, emas perhiasan, dan angkutan antarkota masing-masing deflasi 0,01%.
Harga cabai rawit hijau anjlok 24% dari Rp 35.128 per kg pada bulan lalu (27/7) menjadi Rp 26.660 per Jumat (27/8). Harga cabai rawit merah bahkan terjun 50,5% dari bulan lalu (27/7) Rp 63.255 menjadi Rp 31.277 per kg.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Juli 0,08% mtm dan 1,52% yoy. Kenaikan harga paling tinggi terjadi pada kelompok kesehatan, yakni 0,24%. Namun, andilnya hanya 0,01%.
Sedangkan makanan, minuman, dan tembakau inflasi 0,15%. Andil kelompok ini terhadap inflasi 0,04%.
Inflasi pada kelompok itu terutama disumbang oleh cabai rawit. Selain itu, tomat, bawang merah, cabai merah, dan rokok filter yang mencatatkan kenaikan harga masing-masing 0,01%.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, inflasi Juli jauh di bawah target nasional 3% yoy. Ini menunjukkan harga barang-barang yang rendah, dan mengindikasikan pelemahan konsumsi masyarakat di tengah penerapan PPKM darurat hingga PPKM level 4.
"Kami tahu inflasi yang rendah bisa jadi bukan hal yang menggembirakan. Bisa saja ini mengindikasi turunnya daya beli masyarakat akibat pembatasan aktivitas dan mobilitas," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2021, Rabu (25/8).
Pemerintah pun memperlonggar kebijakan, khususnya di Jabodetabek, Surabaya Raya dan Bandung Raya turun menjadi PPKM level 3. Pelonggaran mobilitas ini diperkirakan mendorong normalisasi perekonomian yang secara simultan berimplikasi pada inflasi.