Animo Membeludak, Pemerintah Raup Utang Rp 8 Triliun dari Lelang SUN
Pemerintah berhasil menarik utang baru sebesar Rp 8 triliun dari hasil lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN) hari ini. Lelang diserbu investor sekalipun pasar masih mengkhawatirkan kenaikan harga energi akibat krisis yang berlangsung beberapa pekan terakhir.
Sebelumnya Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menargetkan bisa menarik utang baru Rp 12 triliun dari lelang SUN hari ini. Meski demikian mereka menurunkan target seiring indikator Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang makin membaik.
"Penurunan target lelang tersebut dilakukan seiring dengan membaiknya realisasi penerimaan negara serta optimalisasi belanja negara dan pembiayaan non utang, sehingga defisit anggaran diprediksi lebih rendah," tulis Direktur SUN DJPPR Deni Ridwan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/10).
Adapun, total penawaran yang masuk dalam lelang SUN hari ini mencapai Rp 50,1 triliun. Kemenkeu menyambut baik animo yang tinggi meski pelaku pasar masih khawatir kenaikan harga energi dan komoditas. Sentimen ini berpotensi memberikan dampak pada tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
"Selain itu, kenaikan yield US Treasury tenor 10 tahun hingga ke level 1,6% menahan penurunan yield SUN walaupun terdapat penurunan supply di pasar perdana," kata Deni.
Penawaran yang masuk masih didominasi investor domestik dengan persentase mencapai 91,7% dari total tawaran yang masuk. Seri yang paling diminati pada lelang SUN kali ini yaitu tenor 5, 10 dan 20 tahun dengan total 62,18% dari total penawaran.
Jenis SUN yang dilepas pemerintah terdiri atas dua seri surat perbendaharaan negara (SPN) dan lima jenis obligasi negara seri fixed rate (FR). Seri FR0090 paling banyak diminati dengan jumlah penawaran masuk Rp 13,727 triliun, sedangkan nominal yang dimenangkan hanya Rp 1 triliun.
Kemudian penawaran seri FR0092 sebesar Rp 10,098 triliun dengan nominal yang dimenangkan Rp 2,65 triliun. SPN12221013 penawaran Rp 8,61 triliun dengan nominal dimenangkan Rp 1 triliun. Sedangkan Kemenkeu juga mencatat angka penawaran Rp 7,36 triliun pada Seri FR0091 dengan nominal dimenangkan Rp 750 miliar.
Selain itu, penawaran SPN03220112 sebesar Rp 6,24 triliun dengan nominal dimenangkan Rp 1 triliun. Seri FR0088 penawaran Rp 2,61 triliun, nominal dimenangkan Rp 1 triliun. Serta penawaran terendah terjadi pada seri FR0089 penawaran Rp 1,5 triliun dengan nominal dimenangkan Rp 600 miliar.
Sementara tingkat yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada setiap seri juga berbeda-beda. Imbal hasil untuk SPN03220112 sebesar 2,743%, SPN12221013 sebesar 2,974%, FR0092 sebesar 6,9%, FR0091 sebesar 6,21%, FR0088 sebesar 6,35%, FR0090 sebesar 5,06 dan FR0089 sebesar 6,867%. Setelah lelang hari ini, pemerintah menetapkan tanggal setelmen atau penerbitan dua hari setelah penawaran atau Kamis (14/10).
SUN yang dilepas pemerintah pada lelang hari ini terdiri atas lima penawaran kembali untuk seri FR dan dua seri SPN bersifat penawaran baru. Seri SPN yang dilepas yakni, SPN03220112 dengan tanggal jatuh tempo 12 Januari 2022 dan SPN12221013 dengan tanggal jatuh tempo 13 Oktober 2022. Keduanya dilepas dengan kupon diskonto.
Ketentuan dari lima seri FR antara lain,
- FR0090 jatuh tempo 15 April 2027 dengan kupon 5,125%
- FR0091 jatuh tempo 15 April 2032 dengan kupon 6,375%
- FR0088 jatuh tempo 15 Juni 2036 dengan kupon 6,250%
- FR0092 jatuh tempo 15 Juni 2042 dengan kupon 7,125%
- FR0089 jatuh tempo 15 Agustus 2051 dengan kupon 6,875%
Kemenkeu mencatat, utang pemerintah pada Agustus 2021 mencapai Rp 6.625,43 triliun atau setara dengan 40,85% terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini meningkat 0,8% dibandingkan bulan sebelumnya, sedangkan total utang secara tahunan naik 15,5%.
Komposisi utang pemerintah mayoritas berupa Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak Rp 5.792,39 triliun. Dari angka tersebut, porsi SBN domestik mencapai Rp 4.517,71 triliun dan SBN valuta asing (valas) Rp 1.274,68 triliun.
Pemerintah juga memiliki utang berupa pinjaman sebanyak Rp 833,04 triliun. Pinjaman sebesa Rp 12,64 triliun berasal dari dalam negeri, sedangkan Rp 820,4 triliun berasal dari luar negeri.