Sri Mulyani Klaim APBN Kian Sehat: Penerimaan Kinclong, Defisit Anjlok
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengklaim Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semakin sehat menuju akhir tahun. Hal ini tercermin dari defisit anggaran yang semakin kecil dibandingkan tahun lalu.
Ia malaporkan, defisit anggaran hingga akhir November sebesar Rp 611 triliun. Realisasi ini anjlok 31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 885,1 triliun. Realisasi ini juga baru mencapai 60,7% terhadap target tahun ini sebesar Rp 1.006,4 triliun.
"Ukuran defisit kita tahun lalu mencapai 5,73% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan tahun ini di 3,63% dari PDB. Terdapat penurunan lebih dari 2% dari PDB hanya dalam waktu 12 bulan," kata dia dalam konferensi pers APBN KiTA, Selasa (21/12).
Ia juga mencatat defisit keseimbangan primer juga anjlok lebih dalam mencapai 51,8% dibandingkan tahun lalu. Keseimbangan primer pada akhir November mencatat defisit Rp 281,8 triliun, turun dari dari Rp 584,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan pada defisit ini sejalan dengan realisasi pendapatan negara yang tumbuh lebih kuat dibandingkan belanja negara. Pendapatan negara hingga akhir November mencapai Rp 1.699,4 triliun atau 97,5% dari target tahun ini.
"Ini adalah pemulihan yang sangat luar biasa. Rebound dari sisi peneriman negara dari semula terkontraksi 15,1% pada November 2020 ke pertumbuhan positif 19,4% pada November 2021" kata Sri Mulyani.
Pertumbuhan yang tinggi pada pendapatan negara terutama karena dua sumber penerimaan telah melampaui target tahun ini. Penerimaan bea dan cukai hingga akhir November telah mencapai 108% target atau Rp 232,3 triliun, tumbuh 26,6% dari tahun lalu. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga melampaui target 129,3% menjadi Rp 382,5 triliun, naik 25,4% dibandingkan November 2020.
Penerimaan pajak menjadi satu-satunya sumber penerimaan negara yang belum mencapai target tetapi masih tumbuh kuat. Penerimaan pajak mencapai 88% target Rp 1.082 trilun, tumbuh 17% dari kinerja tahun lalu.
"Kami memperkirkaan hingga akhir tahun insyaAllah seluruh penerimana negara akan melebihi target APBN, sehingga kita akan menerima hasil positif dari sisi pendapatan negara," kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, Sri Mulyani mencatat, belanja negara tumbuh terbatas sebesar 0,1% dibandingkan tahun lalu. Belanja negara hingga akhir November sebesar Rp 2.310,4 triliun atau 84% dari pagu tahun ini.
"Dari total angaran Rp 2.750 triliun, masih ada lebih dari Rp 400 triliun yang mestinya bisa direalisasikan pada Desember ini," kata Sri Mulyani.
Ia menjelaskan, kenaikan belanja negara terbatas karena hanya didorong peningkatan pada belanja kementerian dan lembaga (K/L), Sementara tiga sektor belanja lainnya, justru terkontraksi. Belanja K/L hingga November sebesar Rp 937,3 triliun atau tumbuh 10% dibandingkan tahun lalu. Belanja pemerintah pusat melalui non-K/L juga tercatat Rp 662 triliun atau kontraksi 6,5%.
Transfer ke daerah juga terkontraksi 5,3% dengan realisasi sebesar Rp 646,5 triliun. Begitu juga dana desa yang terrealisasi Rp 64,5 triliun atau tetrkontraksi 0,9%.
Sementara dari sisi pembiayaan anggaran, pemerintah mencatat terjadi kontraksi 41,7% dibandingkan lalu. Realisasinya hingga bulan lalu sebesar Rp 642,6 triliun atau baru mencapai 63,8% dari target tahun ini.