IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2022 Jadi 5,6%

Abdul Azis Said
26 Januari 2022, 10:43
IMF, Omicron
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.
Sejumlah warga beraktivitas di pinggir Sungai Ciliwung, Kanal Banjir Barat, Jakarta, Minggu (19/4/2020).

Dana Moneter Internasional atau IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 menjadi 5,6% dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,9%. Pemangkasan ini seiring prospek ekonomi global yang juga melambat tertekan penyebaran Covid-19 varian Omicron.

"Keseimbangan risiko terhadap prospek membaik, tetapi tetap miring ke bawah. Munculnya varian Covid-19 yang lebih agresif dapat memberi tekanan lebih lanjut pada sistem kesehatan dan menyebabkan pembatasan mobilitas baru," kata Asisten Direktur IMF Cheng Hoon Lim dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/1).

Selain dibayangi Omicron, Lim juga memperingatnya adanya peningkatan risiko limpahan dari kondisi keuangan global yang lebih ketat.

Namun, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih lebih tinggi dibandingkan estimasi pertumbuhan 2021 sebesar 3,3%. Kondisi ini dipengaruhi masih akan berlanjutnya booming harga komoditas  serta reformasi fiskal yang dilakukan pemerintah.

"Reformasi struktural baru-baru ini yang prospektif dapat mengurangi tingkat kerusakan ekonomi di Indonesia," kata LIm.

Pertumbuhan akan semakin kuat pada tahun depan menjadi 6%. Perkiraannya, pertumbuhan akan didorong  oleh mobilitas yang akan makin longgar. Proyeksi tahun depan pun sudah dipangkas dari perkiraan sebelumnya akan tumbuh di 6,4%.

IMF juga memangkas proyekasi pertumbuhan beberapa  negara Asia Tenggara lainnya. Thailand dipangkas dari perkirakan bisa tumbuh 4,5% menjadi hanya 4,1%. Malaysia juga turun dari perkiraan 6% menjadi 5,7%. Sementara Filipina tidak berubah di 6,3%.

Pemangkasan prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan sejumlah negara ASEAN sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi global tahun ini yang turun setengah poin menjadi 4,4%. Pertumbuhan ekonomi global tahun depan pun akan kembali melambat menjadi 3,8%.

Pemangkasan pertumbuhan ekonomi global ini merupakan efek antisipasi atas pembatasan mobilitas, penutupan perbatasan dan dampak kesehatan dari penyebaran varian Covid-19 Omicron. IMF menyebut, dampak Omicron terhadap perekonomian bervariasi di setiap negara tergantung pada kerentana populasi, seberapa ketat pembatasan mobilitas serta dampaknya ke supply tenaga kerja.

"Hambatan-hambatan ini diperkirakan akan membebani pertumbuhan pada kuartal pertama 2022. Dampak negatifnya diperkirakan akan mereda mulai kuartal kedua, dengan asumsi lonjakan Omicron global mereda dan virus tidak bermutasi menjadi varian baru yang membutuhkan pembatasan mobilitas lebih lanjut," tulis IMF dalam laporan terbarunya dikutip Rabu (26/1).

Pemangkasan prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini terutama di negara-negara maju. Prospek pertumbuhan negara maju tahun ini 3,9% dari semula diramal bisa tumbuh 4,5%. Pertumbuhan ekonomi Amerika dikoreksi menjadi 4% dari semula bisa tumbuh 5,2%. Pertumbuhan ekonomi zona Euro juga diturunkan 0,4 poin persentase menjadi 3,9%.

IMF mencatat, prospek pertumbuhan ekonomi Amerika tahun ini diturunkan 1,2 poin persentase disebabkan sejumlah faktor. Penghapusan paket kebijakan fiskal Build Back Better, penarikan kebijakan moneter oleh bank sentral serta gangguan rantai pasok menahan prospek pertumbuhan yang lebih tinggi.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dan emerging market (EM) dipangkas 0,3 poin persentase menjadi 4,8%. Penurunan dalam terutama pada pertumbuhan ekonomi negara-negara Amerika Latin yang didorong oleh Brazil dan Meksiko. Ekonomi di kawasan tersebut akan tumbuh 2,4% tahun ini, lebih lambat dari perkiraan sebelumnya 3%.

Pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan EM di Asia juga dipangkas 0,4 poin persentase menjadi 5,9%. Perekonomian Cina tahun ini diramal hanya akan tumbuh di 4,8%, turun dari perkiraan sebelumnya masih bisa tumbuh di atas 5%. Sementara prospek pertumbuhan ekonomi India dinaikkan menjadi 9% dari sebelumnya 8,5%.

"Dampak dari pandemi terkait dengan kebijakan tanpa toleransi Covid-19  dan tekanan keuangan yang berkepanjangan di antara pengembang properti telah menyebabkan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Cina tahun ini 0,8 poin persentase," tulis IMF.

Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang pendapatan rendah tidak berubah dari perkirakaan 5,7% tahun ini. Pertumbuhan berlanjut di tahun depan sebesar 5,5%.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...