Cina Bidik Pertumbuhan Ekonomi 5,5% dengan Siapkan Banyak Stimulus
Pemerintah Cina akan menyiapkan lebih banyak stimulus untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% tahun ini. Target tersebut lebih rendah dari capaian 2021 yang mencapai 8%. Meski demikian target tersebut lebih agresif dari proyeksi IMF yang hanya 4,8% dan konsensus analis sebesar 5%.
Perdana Menteri Cina Li Keqiang mengatakan pemerintah berjanji untuk meningkatkan implementasi kebiajakan moneter dan menstabilkan harga rurmah.
Kemerosotan di pasar properti besar dan wabah virus corona telah menghambat pertumbuhan ekonomi Cina. Pertumbuhan melambat menjadi 4% pada kuartal IV 2021. Lonjakan ketegangan geopolitik yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina mengguncang pasar keuangan dan mengerek harga komoditas.
“Menilai secara komprehensif situasi di dalam dan luar negeri, risiko dan tantangan yang dihadapi pembangunan negara telah meningkat secara signifikan tahun ini,” kata Li kepada delegasi ke Kongres, pertemuan parlemen yang dikendalikan Partai Komunis negara itu.
Untuk mencapai target tersebut, belanja fiskal akan naik 8,4%, termasuk peningkatan lebih dari 7% untuk anggaran pertahanan Cina. Bank sentral diperkirakan memangkas suku bunga beberapa kali.
Ekonom senior pasar negara berkembang di Commerzbank AG Zhou Hao memperkirakan satu kali pemotongan suku bunga sebesar 10 basis poin pada kuartal kedua tahun, dengan kemungkinan pemotongan kedua.
"Target pertumbuhan 5,5% agresif, menyiratkan bahwa pemerintah bersedia berbuat lebih banyak untuk menahan kemerosotan properti," kata kepala ekonom untuk Greater China di Australia & Selandia Baru Banking Group Raymond Yeung.
Dia menambahkan bahwa krisis Ukraina menghadirkan risiko eksternal baru, terutama ketahanan pangan-energi yang tidak dapat diatasi dengan suku bunga atau penurunan suku bunga persyaratan cadangan. “Pihak berwenang perlu meluncurkan lebih banyak langkah untuk mengatasi kendala sisi pasokan,” ujar Yeung.
Stimulus moneter Cina sangat berbeda dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara maju lainnya, yang sedang bersiap untuk menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi yang merajalela. Beijing mempertahankan target inflasi tidak berubah di sekitar 3% untuk tahun ini.
“Dibandingkan dengan putaran sebelumnya penyesuaian kebijakan makro oleh negara maju, kapasitas Cina untuk menanggapi guncangan eksternal telah meningkat secara signifikan,” kata Song Li, seorang pejabat senior di Kantor Penelitian Dewan Negara.
Para ekonom mengatakan kemampuan Cina untuk memenuhi target pertumbuhannya tahun ini akan sangat bergantung pada apakah langkah-langkah kebijakan untuk menstabilkan pasar properti efektif.
Puluhan kota di Cina telah memudahkan penduduk untuk mendapatkan hipotek atau menurunkan uang muka yang diperlukan untuk perumahan sejak awal tahun untuk mendorong lebih banyak penjualan rumah.
Banyak juga yang akan bergantung pada apakah Beijing dapat mendorong pejabat lokal untuk meluncurkan lebih banyak proyek infrastruktur.
“Cina menetapkan target yang memerlukan beberapa upaya untuk dicapai, tidak seperti tahun lalu, yang terlalu rendah dan melemahkan motivasi pemerintah daerah untuk melakukan sesuatu,” kata Ding Shuang, kepala ekonom untuk China Raya dan Asia Utara di Standard Chartered Plc.
“Target tersebut masih dalam kisaran tingkat pertumbuhan potensial Cina, dan membutuhkan dukungan kebijakan dan upaya pemerintah daerah.”
Pejabat senior di Kantor Penelitian Dewan Negara Liu Rihong mengatakan bahwa Cina memiliki ruang yang sangat besar untuk memperluas investasi yang efektif.
“Memperluas investasi pada tahap saat ini tidak berarti Cina kembali ke jalur lama pembangunan ekstensif dan mengandalkan proyek-proyek besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.