Rupiah Hari Ini Dibuka Menguat 14.299/US$ di Tengah Kabar Bunga AS
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 28 poin ke level Rp 14.299 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Meski demikian, rupiah diramal melemah di tengah penantian pasar terhadap rapat pembuat kebijakan bank sentral Amerika.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah tipis ke Rp 14.302 pada pukul 09.20 WIB. Tetapi ini belum kembali ke level penutupan kemarin di Rp 14.327 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga menguat terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang menguat 0,07% bersama dolar Hong Kong 0,06%, dolar Singapura 0,09%, won Korea Selatan 0,12%, peso Filipina 0,23%, yuan Cina 0,17%, ringgit Malaysia 0,21% dan bath Thailand 0,41%. Sebaliknya, pelemahan terjadi pada dolar Taiwan 0,13% bersama rupee India 0,06%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan kembali tertekan ke kisaran Rp 14.360 di tengah penantian rapat pembuat kebijakan bank sentral Amerika (The Fed) hari ini. Meski demikian, rupiah berpotensi menguat ke kisaran Rp 14.300 per dolar AS terdorong meredanya kekhawatiran perang Rusia-Ukraina serta surplus jumbo neraca dagang domestik.
"Rupiah kemungkinan melemah hari ini karena antisipasi pasar terhadap pengumuman hasil keputusan bank sentral AS dinihari nanti," kata Arion kepada Katadata.co.id, Rabu (16/3).
The Fed dalam pertemuan hari ini diperkirakan akan mengumumkan kebijakan yang lebih agresif untuk meredam inflasi yang kini sudah menyentuh rekor tertingginya dalam 40 tahun. Mereka diperkirakan menaikan bunga acuannya untuk pertama kali sebesar 25 bps. Keputusan ini bisa mendorong penguatan pada dolar AS dan kenaikan pada yield.
Meski demikian, rupiah bisa saja tidak melemah signifikan seiring sentimen positif dari perundingan antara Rusia dan Ukraina. Ariston mengatakan perundingan ini memberi sinyal bahwa ada peluang perang segera berakhir.
Sentimen positif ini juga sudah mulai terlihat dari penurunan sejumlah harga komoditas, termasuk energi. Pelaku pasar juga sudah mulai kembali masuk ke pasar saham. "Ini bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan rupiah mungkin bisa menguat," kata Ariston.
Indeks saham utama seperti Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite bahkan menguat lebih dari 2%. Meski demikian terjadi koreksi di sebagian besar indeks utama di Eropa. Sementara indeks saham utama Asia pagi ini terlihat menguat.
Dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan bulan Februari yang kembali tinggi bisa menjadi penahan atas pelemahan rupiah. Setelah hanya surplus US$ 930 juta pada Januari 2022, neraca dagang kembali surplus jumbo US$ 3,83 miliar pada bulan lalu.
Surplus pada neraca perdagangan ditopang realisasi ekspor yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan impor. Ekspor RI bulan lalu mencapai US$ 20,48 miliar atau tumbuh 34,14% dari tahun lalu. Sementara, impor tercatat sebesar US$ 16,64 miliar atau hanya tumbuh 16,64%.