Empat Provinsi Paling Terdampak Larangan Ekspor CPO

Abdul Azis Said
15 Juni 2022, 15:14
larangan ekspor cpo, ekspor cpo
ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/rwa.
Kebijakan larangan ekspor CPO alias minyak kelapa sawit berimbas terhadap turunnya nilai ekspor komoditas tersebut pada Mei sebesar 87,72% atau US$ 2,03 miliar dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 284,6 juta.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan empat provinsi mencatat penurunan ekspor CPO terdalam hingga nyaris 100%. Kebijakan larangan ekspor CPO alias minyak kelapa sawit berimbas terhadap turunnya nilai ekspor komoditas tersebut pada Mei sebesar 87,72% atau US$ 2,03 miliar dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 284,6 juta.

 "Kalau dilihat dari provinsinya, terlihat penurunan terdalam ekspor minyak kelapa sawit kita terjadi di provinsi Riau yang turun 91,57%," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers secara daring, Rabu (15/6).

Nilai ekspor minyak kelapa sawit dari Riau pada bulan lalu turun US$ 916,4 juta. Adapun pada bulan sebelumnya, nilai ekspor minyak kelapa sawit dari provinsi tersebut tercatat hanya US$ 84,4 juta.

Selain Riau, provinsi lain yang mencatat penurunan tajam yakni Kalimantan Timur sebesar 94,48% dalam sebulan. Nilai ekspor minyak kelapa sawit Kalimantan Timur pada bulan lalu hanya US$ 11,4 juta dari bulan sebelumnya mencapai US$ 206,6 juta.

Nilai ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Barat anjlok 92,8% dari US$ 265,1 juta pada bulan April. Serta penurunan 84,8% untuk ekspor minyak sawit di Sumatera Utara dari bulan April sebesar US$ 346,8 juta.

Adapun penurunan nilai ekspor minyak kelapa sawit di empat provinsi secara kumulatif mencapai US$ 1,65 miliar atau 81% dari total penurunan ekspor minyak kelapa sawit nasional pada bulan lalu.

Lebih lanjut, Setianto juga merincikan, kebijakan Jokowi dalam rangka mengendalikan harga minyak goreng domestik itu rupanya ikut berdampak pada supply minyak kelapa sawit ke sejumlah negara. Ini terutama di dua negara di Asia Selatan, India dan Pakistan.

"Penurunan ekspor kelapa sawit dari Indonesia ini terjadi di beberapa negara, misalnya ke India, pada April 2022 nilainya sebesar US$ 376,7 juta menjadi nol pada Mei 2022," ujarnya.

Begitu juga ke Pakistan, ekspor minyak kelapa sawit ke negara itu anjlok 90,2% dari bulan April US$ 222,8 juta. Ekspor ke Malaysia anjlok 81% dari bulan April US$ 127,1 juta serta penurunan ke Amerika Serikat sebesar 68,6% dari sebelumnya US$ 148,9 juta.

Minyak kelapa sawit ini merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia. Karena itu, penurunan pada nilai ekspornya sebesar US$ 2,03 miliar ikut berkontribusi pada lesunya kinerja ekspor Mei yang anjlok 21,3% menjadi US$ 21,51 miliar. 

Nilai ekspor non migas pada Mei sebesar US$ 20,01 miliar atau anjlok 22,7% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara. nilai ekspor migas naik 4,4% menjadi US$ 1,5 miliar.

Penurunan pada nilai ekspor non migas bulan lalu terutama yang berasal dari sektor industri pengolahan sebesar 25,93% menjadi hanya US$ 14,14 miliar. Penurunan ini diantaranya oleh komoditas kelapa sawit. 

"Kalau dilihat minyak kelapa sawit seperti yang saya katakan tadi, kita mengalami restriksi pada Mei sehingga ekspor minyak kelapa sawit turun," kata Setianto.

Adapun Presiden Jokowi mengumumkan pelarangan ekspor CPO yang dimulai pada 28 April hingga 23 Mei 2022. Langkah ini diambil seiring lonjakan harga minyak goreng di dalam negeri yang terjadi waktu itu.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...