BI Terus Siaga Intervensi di Tengah Tekanan Terhadap Rupiah
Bank Indonesia (BI) memastikan akan tetap berada di pasar saat tekanan terhadap nilai tukar rupiah meningkat. Rupiah terus melemah sepanjang pekan lalu hingga awal pekan ini seiring menguatnya sentimen kenaikan bunga acuan The Fed.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan kemarin dengan ditutup di level Rp 14.836 per dolar AS. Namun, kurs garuda mulai terlihat berbalik menguat pagi ini. Hingga pukul 10.50 WIB, rupiah terapresiasi hingga menyentuh Rp 14.785 di pasar spot.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan tekanan terhadap rupiah kemarin meningkat karena supply valuta asing (valas) dari pasar sempat menurun jauh. Sehingga supply demand di pasar menjadi terganggu.
"BI masuk ke pasar melalui intervensi di pasar spot, dan alhamdulillah kemudian supply valas dari pasar lancar kembali, sehingga rupiah (kemarin) ditutup hanya melemah terbatas," kata Edi kepada Katadata.co.id, Selasa (21/6).
"Poinnya adalah kami BI memastikan berada di pasar apabila mekanisme pasar terganggu," kata dia.
Dalam keterangan sebelumnya, Edi mengatakan BI akan melakukan langkah antisipatif melalui intervensi tiga lapis atau triple intervention. Intervensi melalui pasar spot, pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), dan pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN).
Ia mengatakan, pelemahan rupiah beberapa pekan terakhir terutama karena The Fed yang agresif menaikkan bunga acuan. Bunga The Fed yang bergerak naik mendorong pasar kini mulai khawatir soal kondisi perekonomian AS yang bisa saja masuk ke jurang resesi.
"Sehingga, pelaku pasar condong untuk mencari safe heaven currency yaitu dolar AS," kata Edi pada Jumat pekan lalu.
Namun, ia juga berharap pelemahan tersebut tidak berkepanjangan pasalnya kondisi domestik masih dalam kondisi baik. Pasar menurutnya masih melihat ekonomi Indonesia cendeurng positif yang didukung oleh sejumlah data ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I yang capai 5% di atas ekspektasi pasar. Kondisi external balance, meliputi neraca dagang dan neraca transaksi berjalan juga masih bagus.
Setelah tertekan berhari-hari, penguatan rupiah mulai terlihat pagi ini. Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah memang akan menguat hari ini karena sentimen kenaikan bunga The Fed akan sedikit mereda sehingga mendorong pasar melakukan risk-on.
Ini terlihat dari indeks saham Asia yang menghijau pagi ini. Ia memperkirakan rupiah bisa menguat hingga Rp 14.775 per dolar AS. "Namun sentimen risk-on ini hanya sesaat dan tren penurunan masih akan berlanjut," kata dia kepada Katadata.co.id.
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 14 poin ke level Rp 14.822 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Penguatan sering adanya sentimen risk-on di bursa saham sekalipun dampak kenaikan bunga acuan The Fed masih membayangi.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah berpeluang menguat hari ini ke rentang Rp 14.780-Rp 14.800, dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.850 per dolar AS. Sentimen positif terlihat di pasar aset berisiko dengan indeks saham Asia menguat pagi ini.
"Pasar mungkin melihat peluang dari penurunan dalam harga aset-aset berisiko. Ini bisa menular ke perdagangan rupiah terhadap dolar AS," kata Ariston.
Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 1,31% bersama Hang Seng Hong Kong 0,17%, Kospi Korea Selatan 0,47%, Nifty 50 India 0,37%, Taiex Taiwan 1,03% dan Straits Times STI Singapura 0,43%.
Meski demikian, Ariston melihat sentimen The Fed masih bertahan. Pasar masih mewaspadai kelanjutan dari seri kenaikan bunga acuan The Fed yang agresif dalam beberapa pertemuan ke depan.
Apalagi, kenaikan bunga acuan bukan hanya dilakukan The Fed tapi sebagian besar bank sentral negara maju, mulai dari Inggris, Kanada hingga Swss. Kenaikan bunga tersebut merespon tekanan inflasi yang meningkat.
Karena itu, Ariston mengatakan pasar kini juga menantikan jadwal pertemuan BI pekan ini. "Bila kenaikan bunga acuan bank sentral negara maju tidak diimbangi oleh kebijakan kenaikan suku bunga acuan BI, nilai tukar rupiah bakal terus melemah," kata Ariston.
Senada dengan Ariston, analis DCFX Lukman Leong melihat ada sentimen positif yang berasal dari risk-on di bursa saham sehingga tekanan terhadap rupiah bisa mereda hari ini. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 14.775-Rp 14.900 per dolar AS.
Ia mengatakan sentimen The Fed sedikit mereda. Hal ini yang mendorong bursa saham kembali rebound setelah turun tajam sepanjang pekan lalu. Hal ini bisa mendorong penguatan ke rupiah.
"Namun kelihatannya sentimen risk-on ini hanya sesaat dan tren penurunan masih akan berlanjut," kata Lukman kepada Katadata.co.id