Sri Mulyani Sebut G20 Waswas Goncangan Ekonomi Dunia Awet Hingga 2024

Abdul Azis Said
19 Oktober 2022, 13:49
Sri Mulyani, G20, ekonomi dunia, resesi
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut banyak pembuat kebijakan di seluruh dunia yang sempat terlena dengan pergerakan inflasi.

Perekonomian dunia menghadapi tantangan kompleks mulai dari inflasi tinggi, risiko krisis utang, hingga pelemahan ekonomi yang menjurus kepada resesi ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, negara-negara G20 mewaspadai kompleksitas masalah ekonomi dunia itu bertahan lebih lama hingga 2024.

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 berkumpul untuk keempat kalinya tahun ini di Washington DC, Amerika Serikat pekan lalu. Dalam pertemuan tersebut diketahui para pembuat kebijakan rembuk untuk menyusun kebijakan yang bisa mengatasi tiga masalah utama yang menjadi perhatian, yakni inflasi tinggi, risiko resesi dan tekanan di sistem keuangan.

"Negara-negara G20 tadinya bicara soft-lending, tetapi sekarang menjadi agak sulit, sehingga mulai sering muncul kata-kata resesi," kata Sri Mulyani dalam webinar Pusat Penelitian dan Badan Keahlian DPR, Rabu (19/10).

Ia menyebut banyak pembuat kebijakan di seluruh dunia telah terlena dengan pergerakan inflasi. Tekanan kenaikan harga yang semula dikira bersifat sementara ternyata bertahan lebih lama. Kondisi ini telah memicu respon kebijakan moneter di banyak negara, bahkan kenaikan bunga dilakukan secara agresif.

Kenaikan suku bunga lebih tinggi tentu akan memukul perekonomian. Oleh karena itu, menurut Sri Mulyani, situasi saat ini menjadi sangat kompleks. Perlambatan ekonomi yang menuju resesi terjadi bersamaan dengan inflasi yang masih bertahan tinggi. Situasi ini kemudian memicu kekhawatiran baru, munculnya stagflasi, yakni stagnasi pada pertumbuhan dikombinasikan dengan inflasi tinggi.

Pengetatan moneter juga memicu biaya utang meningkat. Padahal, banyak negara telah menghadapi tantangan eksposur utang yang tinggi dengan biaya bunga utang yang besar. Situasi ini memicu peningkatan risiko default alias gagal bayar. Dalam catatan Dana Moneter Internasional (IMF) lebih dari separuh negara miskin bahkan sudah dan berada dalam risiko tinggi default.

"Konteks ini yang sedang dan akan terus kita kelola hari ini dan tahun 2023, dan bahkan kemarin (pertemuan G20), pembahasan persoalan kompleks ini akan berlanjut ke 2024," kata Sri Mulyani.

Prospek perekonomian dunia makin suram, dengan prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan yang sudah dipangkas. Lapora IMF terbaru, Amerika Serikat diperkirakan hanya akan tumbuh 1% tahun ini, Eropa hanay 0,5% dan Cina 4,4%. 

Dari dalam negeri, Sri Mulyani masih menunjukkan optimisme. Ia menyutop berbagai ramalan lembaga internasional, seperti IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) hingga survei Bloomberg yang menunjukan kemungkinan Indonesia masih akan tumbuh di atas 5%. Keempat lembaga tersebut juga memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di sekitar 5% pada tahun depan.

Ia melihat konsumsi rumah tangga diperkirakan relatif stabil di sisa tahun ini, sekalipun sempat ada kenaikan harga BBM awal bulan lalu, Dorongan kinerja ekspor juga sangat kuat yang akan menopang pertumbuhan ekonomi. Sisi produksi juga melanjutkan ekspansi, tercermin dari PMI Manufaktur yang mencapai level terkuatnya dalam delapan bulan pada September.



Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...