Manufaktur Cina Menggeliat, Ekspor Indonesia Potensi Terdongkrak

Abdul Azis Said
3 Maret 2023, 16:46
Dua buah kapal melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (13/2/2023).
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Dua buah kapal melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (13/2/2023).

Kinerja pabrik-pabrik di Cina semakin menggeliat dan mencapai rekor terbaiknya selama lebih dari satu dekade terakhir pada bulan lalu. Pertumbuhan manufaktur Negeri Panda itu menjadi kabar baik buat Indonesia yang selama ini menjadikan Cina sebagai negara tujuan ekspor utama dengan andil hampir seperempat pangsa ekspor.

Biro statistik Cina melaporkan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Cina naik ke 52,6 pada bulan lalu, rekor tertinggi sejak April 2012. Indeks di atas 50 mengindikasikan bahwa sektor manufaktur semakin ekspansi. Indeks PMI non manufaktur juga meningkat ke 56,3.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan peningkatan aktivitas manufaktur Cina akan mendorong permintaan terhadap bahan baku, termasuk yang sumbernya dari impor. Sehingga bisa mendorong peningkatan impor bahan baku yang didatangkan dari Indonesia.

"Peningkatan volume ekspor Indonesia diharapkan mampu membatasi dampak dari penurunan harga komoditas global terhadap transaksi berjalan Indonesia sehingga rupiah dapat cenderung bergerak stabil," kata Yosua dalam keteranganya, Jumat (3/3).

Ekspor ke Cina yang berpotensi lebih tinggi itu akan membantu menjaga berlanjutnya surplus neraca dagang tahun ini. Meski demikian ia masih memperkirakan surplus tahun ini tidak akan setinggi tahun lalu karena normalisasi harga sejumlah komoditas utama Indonesia seperti CPO dan batu bara. Ia memperkirakan surplus neraca dagang tahun ini antara US$ 40 miliar-US$ 45 miliar, dari tahun lalu di atas US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, Josua juga memperkirakan perbaikan manufaktur di Cina akan membantu mendorong pertumbuhan ekonom Indonesia. Hal ini karena ekspor yang berpeluang mash tinggi akan menyumbang terhadap basket perhitungan produk domestik bruto (PDB). Tahun lalu sumbangan ekspor ke PDB sekitar seperempatnya.

Senada, ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky juga menyebut perbaikan manufaktur di Cina akan menguntungkan bagi Indonesia. Alasannya karena permintaan terhadap ekspor bahan baku dari Indonesia akan meningkat.

Ekspor yang berpeluang meningkat terutama komoditas energi seperti batu bara serta beberapa bahan baku. Namun ia belum bisa memastikan seberapa besar efek perbaikan manufaktur CIna ini akan berefek ke kinerja surplus dagang. Pasalnya impor dari Cina juga berpotensi meningkat jika harga pabrikan CIna menjadi lebih murah.

Di samping itu, pabrik-pabrik Cina juga merupakan bagian penting dari rantai pasok barang-barang global. Dengan demikian semakin menggeliatnya aktivitas manufaktur Cina akan menambah suplai barang global yang kemudian membuat harganya menjadi lebih terjangkau. Hal ini menguntungkan karena impor terbesar Indonesia selama ini juga dari Cina.

"Dengan demikian imported inflation bisa lebih terkendali," kata Riefky dalam keterangannya.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...