Cina Ditekan Negara Barat untuk Restrukturisasi Utang Negara Miskin

Dzulfiqar Fathur Rahman
20 April 2023, 16:13
Presiden Cina Xi Jinping (kanan) berbincang dengan Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala (kiri) sebelum mengikuti Working Session 3 Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (16/11/202
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Fikri Yusuf/wsj.
Presiden Cina Xi Jinping (kanan) berbincang dengan Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala (kiri) sebelum mengikuti Working Session 3 Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (16/11/2022).

Cina menghadapi tekanan negara Barat untuk merestrukturisasi utang kepada negara-negara miskin. Cina diperkirakan meminjamkan lebih dari US$ 500 miliar untuk negara-negara krisis dan negara-negara berkembang. Banyak negara-negara debitur yang telah atau menghadapi risiko gagal bayar.

Amerika Serikat dan negara Barat lainnya menekan Cina untuk mengizinkan sejumlah negara debitur merestrukturisasi dan mengurangi jumlah utangnya. Namun, Cina bersikeras bahwa kreditur lainnya, termasuk institusi multilateral, ikut menanggung kerugian dari restrukturisasi tersebut.

“Tiongkok tengah menghadapi tekanan yang meningkat dari segala arah, termasuk dari negara berkembang lainnya, untuk memainkan peran yang lebih konstruktif dalam negosiasi restrukturisasi utang,” kata Eswar Prasad, eks kepala divisi Cina di Dana Moneter Internasional (IMF), seperti dikutip dari New York Times, Kamis (20/4).

Berdasarkan data dari lembaga riset Inggris Chatham House, New York Times menulis bahwa utang luar negeri publik dan privat Afrika telah melonjak lima kali lipat ke US$ 700 miliar dalam dua dekade terakhir. Kira-kira 12% dari utang tersebut berasal dari kreditur Cina.

Desakan untuk restrukturisasi terlihat paling menonjol di negara-negara yang sangat membutuhkannya, seperti Zambia. Utang luar negeri Zambia hingga US$ 20 miliar, kira-kira sepertiganya berasal dari kreditur Cina.

Pada 2020, Zambia telah gagal bayar. Negara di selatan Afrika ini tengah berusaha untuk merestrukturisasi utang hingga US$ 8,4 miliar.

“Zambia membutuhkan keringanan utang secepatnya,” kata Menteri Keuangan Zambia kepada New York Times. “Penundaan restrukturisasi utang menekan uang kami, mengeluarkan Zambia dari pasar modal, dan membuat sulit untuk menarik investasi asing langsung.”

Halaman:
Reporter: Dzulfiqar Fathur Rahman
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...