Rupiah Loyo ke 15.236, Investor Waswas Data Terbaru AS
Nilai tukar rupiah melemah 0,04% ke level 15.236 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini. Rupiah melemah, antara lain karena para investor masih menanti data pekerjaan AS Non-Farm Payrolls yang akan dirilis nanti malam.
Mengutip Bloomberg, mayoritas uang Asia lainnnya menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,16%, baht Thailand naik 0,07%, peso Filipina naik 0,07%, yuan Cina naik 0,07%, dolar Singapura naik 0,09%. Adapun Hong Kong dolar melemah terhadap dolar AS 0,02%.
Analis pasar uang Ariston Chendra mengatakan pergerakan rupiah akan dipengaruhi data pekerjaan AS Non-Farm Payrolls yang akan dirilis nanti malam menjadi perhatian besar pelaku pasar karena dapat mengubah ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Bank Sentral AS.
“Data yang bagus membuka lagi peluang kenaikan suku bunga acuan the Fed yang bisa mengangkat nilai dolar dibandingkan lainnya,” ujarnya, Jumat (1/9).
Sementara itu, data ekonomi AS yang dirilis tadi malam menunjukkan hal yang positif dimana data klaim tunjangan pengangguran menunjukkan jumlah klaim yang di bawah ekspektasi. Hal ini mendorong penguatan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang.
Ariston memperkirakan rupiah akan melemah hari ini ke rentang 15.260-15.280 per dolar AS dengan potensi support di kisaran 15.200 per dolar AS.
Sementara itu, Analis pasar uang Lukman Leong memperkirakan, rupiah bergerak datar hari ini dengan kecenderungan menguat terbatas. Pergerakan rupiah dipengaruhi data inflasi yang dirilis BPS pagi ini dan data manufaktur China Caixin yang diperkirakan akan kembali terkontraksi.
"Rupiah akan bergerak dalam rentang 15,150-15,300 per dolar AS hari ini," ujar Lukman.
Adapun data indeks harga konsumen atau IHK yang dirilis BPS pagi ini menunjukkan deflasi sebesar 0,02% secara bulanan pada Agustus 2023. Deflasi pada bulan lalu disumbangkan oleh penurunan harga daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini menjelaskkan, inflasi secara tahunan atau dibandingkan Agustus 2022 tercatat sebesar 3,27%, sedangkan secara tahunan atau sepanjang tahun ini mencapai 1,43%. "Jika dilihat secara series, deflasi secara bulanan juga terjadi pada Agustus 2022 sebesar 0,21%," ujar Pudji dalam konferensi pers, Jumat (1/9).