Airlangga Puji Program Hilirisasi Jokowi Bisa Tingkatkan Ekonomi RI
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, program hilirisasi yang diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, terutama di daerah otonom.
"Jadi kalau di daerah [otonom] seperti Maluku Utara jelas itu karena hilirisasi. Ketika pabrik berproduksi dan produksinya meningkat, itu akan melonjak pertumbuhan ekonominya" kata Airlangga kepada wartawan di Jakarta, Senin (5/2).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertambangan dan penggalian menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Sementara Maluku Utara menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dari 38 provinsi di Indonesia. Dengan angka pertumbuhan mencapai 20,49% secara tahunan atau year on year (yoy).
"Pertumbuhan ekonomi tahun 2023 tertinggi tercatat di provinsi Maluku Utara sebesar 20,49%. Kemudian diikuti oleh Sulawesi Tengah sebesar 11,91%," kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, (5/2).
Amalia mengatakan, peningkatan ekonomi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah merupakan kontribusi dari program hilirisasi. Sumber utam pertumbuhan dua wilayah itu berasal dari sektor pengolahan, serta pertambangan dan penggalian.
"Dapat ditarik kesimpulan bahwa industrialisasi atau yang kita sebut dengan program hilirisasi nikel di dua provinsi tersebut, memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah," ujarnya
Tak hanya Maluku Utara dan Sulawesi Tengah, daerah otonom lainnya juga mencatatkan pertumbuhan ekonomi. Jika dirinci Papua Barat Daya tumbuh 1,82%, Papua Barat 5,18%, Papua Pegunungan 4,78%, Papua Tengah tumbuh 5,95% dan Papua Selatan tumbuh 4,27%.
Perlambatan Ekonomi RI
BPS mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 mencapai 5,05% secara komulatif (ctc) atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar 5,31%.
Perlambatan itu disebabkan oleh ledakan komoditas atau siklus commodity. Selain itu, BPS juga menyebut perlambatan tersebut disebabkan oleh dampak dasar (base effect) ekonomi.
"Perlambatan ekonomi kita sedikit [lebih rendah] jika dibandingkan tahun lalu dipengaruhi perlambatan ekonomi global dan fenomena el nino,” kata Amalia.
Menurut Amalia, fenomen cuaca el nino telah berpengaruh terhadap kinerja lapangan usaha di bidang pertanian yang cenderung melambat, terutama di paruh kedua tahun 2023.
Berdasarkan data yang dihimpun BPS, pertumbuhan ekonomi global pada 2023 cenderung melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia justru membaik seperti di Cina, Amerika Serikat (AS) dan Jepang di kuartal IV 2023.
"Sepanjang 2023, aktivitas bisnis global berada di zona ekspansi. Ekonomi global dan mitra dagang utama tetap tumbuh," kata Amalia.
Di sisi lain, perkembangan harga komoditas unggulan dalam perdagangan Indonesia justru anjlok sepanjang 2023. Komoditas tersebut meliputi minyak kelapa sawit (CPO), batu bara, minyak mentah dan nikel.