Rupiah Tembus 16.000/US$, Mantan Menkeu Ungkap Dampaknya ke Ekonomi RI

Patricia Yashinta Desy Abigail
15 April 2024, 16:06
Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Rabu (18/3) hingga pukul 10.09 WIB, nilai tukar rupiah melemah 140 poin atau 0,93 pers
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.
Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Rabu (18/3) hingga pukul 10.09 WIB, nilai tukar rupiah melemah 140 poin atau 0,93 persen ke posisi Rp15.223 per dolar AS.

Penyebab Rupiah Melemah

Sementara itu, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan bahwa sebenarnya nilai tukar rupiah belum mencapai Rp 16 ribu. Tembusnya nilai Rp 16 ribu di Google Finance dipengaruhi oleh masa libur pasar valuta asing atau forex domestik.

“Itu karena pasar forex kita masih libur. Nah, pelemahan rupiah kita terhadap US$ yang sudah menembus Rp 16.000 bisa jadi dikarenakan mekanisme transaksi yang terjadi di pasar luar negeri, seperti di pasar non delivarble forward (NDF) Singapura,” kata Myrdal, dalam keterangannya yang dikutip pada Sabtu (13/4).

Lebih lanjut, Myrdal mengatakan nilai rupiah terlihat melemah karena posisi dolar Amerika Serikat yang tengah menguat secara global maupun regional Asia. Hal tersebut tercermin dari posisi variabel indeks dolar AS yang terus menanjak. Ini merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global.

"Baik di pasar saham maupun obligasi, yang ingin memindahkan aset investasinya ke pasar AS, terutama pasar obligasi AS yang terlihat lebih menarik saat yield dari surat utangnya terus meningkat dan terlihat meningkat saat ekspektasi penurunan bunga the Fed semakin tidak pasti,” ujarnya.

Myrdal mengatakan, pergerakan rupiah di pasar lokal baru akan dibuka pada Selasa (16/4). Namun ia mengakui bahwa secara fundamental, permintaan dolar AS di dalam negeri memang dalam tren yang meningkat untuk impor BBM maupun bahan pangan.

Menurut dia, hal ini dinilai wajar mengingat neraca dagang Indonesia pada Februari 2024 anjlok ke level di bawah US$ 1 miliar. Sementara, kebutuhan lain dolar AS di dalam negeri untuk aksi investor asing yang ingin menarik dana dengan melakukan profit taking maupun pemberian distribusi dividen juga tengah berlangsung saat ini.

"Jadi wajar kalau di pasar luar negeri, posisi nilai tukar rupiah saat ini sudah break ke level di atas Rp 16.000,” ucapnya.


Halaman:
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...