Menelisik Penyebab Rupiah Anjlok Tembus 16.000/US$

Mela Syaharani
13 April 2024, 17:43
Menelisik Penyebab Rupiah Anjlok Tembus 16.000/US$
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/YU
Petugas menghitung uang rupiah yang ditukarkan warga pada mobil kas keliling Bank Indonesia (BI) di Pasar Pramuka, Jakarta. Kurs Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat, menembus level Rp 16 ribu per dolar AS.
Button AI Summarize

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menembus level Rp 16.000/US$ pada Google Finance dalam beberapa hari belakangan ini. Menurut pantauan Katadata.co.id, pada Sabtu pukul 13.47 WIB, nilai tukar rupiah sudah mencapai Rp 16.117 per dolarnya.

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan bahwa sebenarnya nilai tukar rupiah belum mencapai Rp 16 ribu. Tembusnya nilai Rp 16 ribu di Google Finance dipengaruhi oleh masa libur pasar valuta asing atau forex domestik.

“Itu karena pasar forex kita masih libur. Nah, pelemahan rupiah kita terhadap US$ yang sudah menembus Rp 16.000 bisa jadi dikarenakan mekanisme transaksi yang terjadi di pasar luar negeri, seperti di pasar non delivarble forward (NDF) Singapura,” kata Myrdal, dalam keterangannya yang dikutip pada Sabtu (13/4).

Lebih lanjut, Myrdal mengatakan nilai rupiah terlihat melemah karena posisi dolar Amerika Serikat yang tengah menguat secara global maupun regional Asia. Hal tersebut tercermin dari posisi variabel indeks Dollar DXY yang posisinya terus menanjak dan merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global.

"Baik di pasar saham maupun obligasi, yang ingin memindahkan aset investasinya ke pasar AS, terutama pasar obligasi AS yang terlihat lebih menarik saat yield dari surat utangnya terus meningkat dan terlihat meningkat saat ekspektasi penurunan bunga the Fed semakin uncertain,” ujarnya.

Myrdal menyebut, pergerakan rupiah di pasar FX lokal baru akan dibuka pada Selasa (16/4). Namun ia mengakui bahwa secara fundamental, permintaan dolar AS di dalam negeri memang dalam tren yang meningkat untuk impor BBM maupun bahan pangan. Terlebih, dalam suasana Idulfitri serta realitas yang ada bahwa harga komoditas global untuk energi maupun pangan saat ini tengah menanjak. 

Hal ini, menurutnya dinilai wajar mengingat neraca dagang Indonesia pada Februari 2024 anjlok ke level di bawah US$ 1 miliar. Sementara, kebutuhan lain US$ di dalam negeri untuk aksi investor asing yang ingin melakukan outflow dengan melakukan profit taking maupun pemberian distribusi dividen juga tengah berlangsung saat ini.

"Jadi wajar kalau di pasar FX luar negeri, posisi USDIDR saat ini sudah break ke level di atas Rp 16.000,” ucapnya.

Oleh sebab itu, pada Selasa mendatang Myrdal memproyeksikan bahwa rupiah kemungkinan akan bergerak menyesuaikan dengan tren penguatan dolar AS secara global, di mana investor global akan melakukan aksi outflow dengan profit taking di pasar obligasi domestik. 

Bagi obligasi seri benchmark, seperti FR0100 maupun FR0101, beserta yang seri tenor pendek menurutnya akan menjadi seri favorit yang akan dijual oleh investor global, baik dari sisi investor fund manager maupun dari pihak Central Bank negara lain yang menaruh uangnya di pasar obligasi Indonesia. 

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...