Subsidi Energi Akan Ada Penyesuaian, Bagaimana Nasib Harga BBM?

 Zahwa Madjid
16 April 2024, 17:33
Petugas mengisi BBM bersubsidi untuk pengendara di SPBU Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, Senin (30/1/2023).
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww.
Petugas mengisi BBM bersubsidi untuk pengendara di SPBU Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, Senin (30/1/2023).
Button AI Summarize

Pemerintah akan melakukan penyesuaian anggaran subsidi energi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan penyesuaian ini dalam rangka persiapan menghadapi dampak perang Iran dan Israel.

“Kami harus mempersiapkan berbagai shock. Belum selesai dari global shock perang Rusia-Ukraina, masih ada Israel-Gaza,” ujar Airlangga dalam acara halalbihalal Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Selasa (16/4).

Penyesuaian menjadi langkah penting karena Timur Tengah, khususnya Israel, memiliki peran penting dalam jalur logistik global, terutama untuk transportasi bahan bakar minyak (BBM). "Nah, kami terus melihat kenaikan freight cost,” katanya. Freight cost adalah biaya untuk memastikan suatu barang dapat terkirim hingga tiba di tujuan akhir. 

Pemerintah akan mengevaluasi anggaran BBM bersubsidi paling lambat Juni 2024. Hingga bulan tersebut, ia memastikan tidak akan ada kenaikan harga BBM. 

"Kami akan melihat satu sampai dua bulan situasi seperti apa, kalau tidak ada eskalasi, kami harap minyak bisa flatten. Tetapi kalau ada ekskalasi, tentu berbeda," ujarnya.

Kementerian ESDM sebelumnya memproyeksikan harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dapat menembus US$ 100 per barel jika eskalasi konflik Israel-Iran berlanjut dan meluas. Kenaikan harga minyak tersebut dapat membuat subsidi bahan bakar minyak dan elpiji membengkak.

Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji mengatakan kenaikan nilai ICP akan berimbas pada peningkatan anggaran subsidi BBM dan elpiji. Sebagai informasi, pemerintah mematok ICP dalam asumsi ekonomi makro APBN 2024 sebesar US$ 82 per barel.

Harga rata-rata ICP terbaru bulan Maret 2024 telah berada di level US$ 83,79 per barel. Angka tersebut meningkat US$ 3,69 per barel dari ICP bulan Februari senilai US$ 80,09 per barel.

"Saya menyatakan kemungkinan besar ICP akan naik ke US$ 100 per barel. Kalau kami soroti ICP, sebetulnya dari Februari atau Maret-April naik terus," kata Tutuka dalam diskusi daring bertajuk Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI.

Reporter: Zahwa Madjid
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...