BI Andalkan Instrumen SRBI dan SVBI untuk Jaga Stabilitas Rupiah
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan hal tersebut sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi dan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.
Dengan kondisi itu, Perry memastikan BI akan terus mengupayakan stabilnya nilai tukar rupiah. Sehingga pada akhirnya akan mendorong aliran modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia.
BI juga akan mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market, yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan suku valuta asing Bank Indonesia (SUVBI).
Perry menjelaskan, kebijakan ini dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri. Hingga 15 Juli 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat Rp 775,45 triliun, US$ 1,82 miliar, dan US$ 267 juta.
Alhasil, penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, tecermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp220,35 triliun atau 28,42% dari total outstanding.
"Implementasi Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 juga memperkuat efektivitas SRBI sebagai instrumen moneter dalam mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi," kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/7).
Perkuat Koordinasi dengan Perbankan
Selain itu, BI juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA). Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023.
Perry menambahkan, saat ini nilai tukar rupiah menguat dipengaruhi bauran kebijakan moneter yang ditempuh BI dalam memitigasi dampak rambatan global. Hingga 16 Juli 2024, nilai tukar rupiah menguat 1,21% dibandingkan posisi akhir Juni.
"Penguatan nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi oleh komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan fundamental perekonomian Indonesia yang kuat," kata Perry.
Nilai tukar rupiah tercatat melemah 4,84% secara year to date dari level akhir Desember 2023. Level tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea masing-masing sebesar 5,14%, 5,44%, dan 7,03%.