Rupiah Berpotensi Melemah Dibayangi Ketidakpastian Politik di AS
Sejumlah analis memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah hari ini berpotensi melemah. Analis pasar uang Lukman Leong mengatakan pelemahan dipicu kekhawatiran investor imbas ketidakpastian politik di AS setelah Joe Biden mundur dari pencalonan pemilihan presiden.
“Pergerakan rupiah hari ini berada pada kisaran Ro 16.159 hingga Rp 16.250 per dolar AS. Investor juga mengantisipasi data PDB Amerika Serikat dan inflasi PCE AS pekan ini,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (22/7).
Berdasarkan data Bloomberg hari ini pukul 09.17 WIB, nilai tukar rupiah berada pada level Rp 16.232 per dolar AS. Level tersebut menunjukan nilai tukar rupiah meningkat 41,50 poin atau 0,26%.
Senada dengan Lukman, pengamat pasar uang Ariston Tjendra juga memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini berpotensi mengalami pelemahan. Ariston menjelaskan, berita pengunduran diri Biden dari pencalonan Presiden AS bisa mendorong penguatan dolar AS karena peluang kemenangan Donald Trump makin besar.
“Kebijakan Trump dinilai akan mendorong penguatan dolar AS ke depannya,” ujar Ariston.
Melihat pergerakan rupiah terhadap dolar AS yang masih konsolidasi, Ariston juga memproyeksikan rupiah masih akan sulit menguat hingga pekan ini. Kecuali, data inflasi AS yang akan dirilis pekan ini menunjukkan penurunan.
“Potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 16.220 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp 16.150,” kata Ariston.
Sementara itu, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, mengharapkan pergerakan nilai tukar rupiah dapat terapresiasi pada hari ini. Fikri memproyeksikan nilai tukar rupiah akan berada antara Rp 16.010 hingga Rp16.250 per dolar AS.
“Yang bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah hari ini, Odds ratio Fed Rate yang kembali membuka peluang penurunan 25 basis poin Fed Rate pada 31 Jul ini. Selain itu juga apresiasi mata uang peers terhadap dolar AS pada akhir pekan lalu,” ujar Fikri.