Indeks Dolar Menguat dan Ketidakpastian Suku Bunga Fed, Rupiah Diramal Melemah
Sejumlah analis memprediksi rupiah berbalik menguat pada perdagangan Selasa (30/7) setelah sehari sebelumnya mendapat dorongan dari ekspektasi kuat penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed.
Berdasarkan data Bloomberg pada hari ini pukul 08.49 WIB, rupiah berada pada level 16.281 per dolar AS, melemah 20 poin atau sebesar 0,12%.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah bisa berbalik melemah hari ini terhadap dolar AS. Sebab, Aristin melihat indeks dolar AS bergerak naik ke level 104,60 pada pagi ini. "Ini level yang belum pernah disentuh sejak 12 Juli 2024," kata Ariston kepada Katadata.co.id.
Ariston menilai, pasar akan mewaspadai data dan event ekonomi global penting yang akan dirilis pekan ini sehingga menahan diri untuk masuk ke aset-aset berisiko termasuk rupiah. Data dan event tersebut bisa mempengaruhi pergerakan harga di pasar keuangan.
Ariston menambahkan, pekan ini juga akan ada hasil rapat moneter Bank Sentral Jepang pada Rabu (31/7) dan Bank Sentral AS pada Kamis (1/8). Begitu juga dengan data PMI Cina dan data inflasi Eropa.
"Untuk event Bank Sentral AS yang sangat mempengaruhi pergerakan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya, pasar memang berharap the Fed akan lebih tegas mendukung pemangkasan suku bunga acuan tahun ini, tapi melihat kondisi inflasi AS yang belum turun juga dan sikap the Fed yang selalu memberikan pernyataan yang tidak pasti ke pasar, mendorong pelaku pasar untuk bersikap menunggu sebelum hasil dirilis," kata dia.
Untuk itu, Ariston memproyeksikan akan ada potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah 16.330 per dolar AS. Hal itu dengan potensi support di sekitar 16.250 per dolar AS.
Senada dengan Ariston, analis komoditas dan pasar uang Lukman Leong memproyeksikan rupiah akan melemah terhadap dolar AS yang rebound. "Investor mengantisipasi serangkaian data ekonomi AS dan FOMC pekan ini. Rupiah hari ini berkisar di level 16.250 hingga 16.350 per dolar AS," kata Lukman.
Sebaliknya, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana memproyeksikan rupiah berpeluang melanjutkan penguatan hari ini, Selasa (30/7). "Saya ekspektasikan rupiah kembali apresiasi pada hari ini. Kemungkinan akan berada antara 16.192 hingga 16.292 per dolar AS," kata Fikri.
Fikri menjelaskan, rupiah dapat terapresiasi pada hari ini karena adanya aliran capital inflow yang masih berlanjut di Indonesia. Hal itu baik di surat berharga negara atau SBN, saham, dan sekuritas rupiah Bank Indonesia atau SRBI.
Selain itu juga dipengaruhi rilis FDI Indonesia pada kuartal II 2024 yang naik sebesar 16.6% secara tahunan. Begitu juga dengan melemahnya sentimen konsumen di Amerika Serikat.
"Menguatnya sentimen ekspektasi penurunan Fed Rate di FOMC mendatang dan rilis Dallas Fed Manufacturing Index tadi malam yang mengecewakan juga mempengaruhi proyeksi apresiasi rupiah hari ini," ujar Fikri.