Rupiah Diproyeksi Menguat Tertolong Data Ekonomi Amerika
Nilai tukar rupiah melemah 0,04% ke level 15.710 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Kamis (31/10). Namun, analis memperkirakan rupiah masih berpotensi menguat hari ini imbas data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal III 2024 yang lebih rendah dari proyeksi pelaku pasar.
Mengutip Bloomberg, sebagian mata uang Asia juga bergerak melemah terhadap dolar hingga pukul 10.00 WIB. Yuan Cina dan won Korea Selatan melemah masing-masing 0,09%, rupee India 0,01%, baht Thailand 0,03%, dan dolar Singapura 0,06%. Sedangkan ringgit Malaysia, dolar Hon Kong dan peso Filipina masing-masing menguat 0,01%.
Ekonomi Amerika Serikat tercatat tumbuh 2,8%, lebih rendah dari proyeksi sebesar 3%. “Rupiah diperkirakan akan menguat setelah data PDB AS yang lebih lemah dari perkiraan, tetapi penguatan akan terbatas oleh data tenaga kerja ADP yang lebih kuat,” kata analis komoditas dan mata uang Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Kamis (31/10).
Lukman memperkiralan rupiah akan menguat di level Rp 15.650 per dolar AS hingga Rp 15.700 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan rupiah akan menguat hari ini. Fikri memperkirakan penguatan rupiah di level Rp 15.590 per dolar AS hingga Rp 15.790 per dolar AS.
Dia mengungkapkan terdapat beberapa sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. “Ada rilis inflasi di German yang lebih tinggi dibanding perkiraan. Selain itu juga antidipasi jelang riilis PMI manufacturing dan inflasi indonesia besok,” ujar Fikri.
Di sisi lain, pengamat pasar uang Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah melemah hari ini ke arah Rp 15.730 per dolar AS. Ariston memperkirakan peluang support di sekitar Rp 15.650 per dolar AS.
Ariston menilai data tenaga kerja versi ADP Oktober 2024 menunjukkan penambahan jumlah di atas proyeksi yang berarti menujukan kondisi positif. Tapi, data PDB AS pada kuartal III tahun ini menunjukkan pertumbuhan yang di bawah ekspektasi pasar dan terlihat komponen harganya juga menurun.
“Jadi dua itu saling bertolak belakang. Pasar masih menantikan data penting lainnya seperti data indikator inflasi AaS nanti malam dan data tenaga kerja AS versi pemerintah besok malam untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya,” kata Ariston.