Kemenangan Trump Bisa Ancam Stabilitas Ekonomi Global dan Indonesia
Kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) bisa mengancam kestabilan ekonomi global dan nasional. Saat ini Trump unggul sementara dalam penghitungan cepat Pilpres AS.
"Kalau Trump menang, akan lebih banyak menciptakan ketidakstabilan ekonomi global dan juga terhadap Indonesia," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, kepada Katadata.co.id, Kamis (7/11).
Selama ini Trump selalu memprioritaskan kepentingan AS pada saat menjalani pemerintahan sebelumnya. Trump bahkan berambisi membangun industri manufaktur di As dan ingin menarik investasi sebanyak-banyaknya ke AS.
"Salah satu caranya dengan memberikan hambatan tarif yang tinggi terhadap perdagangan, terutama impor yang masuk ke pasar AS dan yang menjadi sasaran utama adalah Cina serta Meksiko," ujar Faisal.
Jika kondisi ini berlanjut, maka akan mendorong tarif perdagangan global menjadi relatif lebih tinggi. Sebab, Amerika Serikat akan menerapkan tarif impor yang tinggi.
Hal itu bisa menimbulkan retaliasi atau balasan pada negara-negara mitra dagang AS. "Ini bisa menjadi preseden juga bagi negara-negara yang lain untuk meningkatkan tarif perdagangannya," kata Faisal.
Pada akhirnya, kondisi ini bisa menghambat pertumbuhan perdagangan dunia. Jika perdagangan dunia melambat, maka pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan juga ikut melambat.
Padahal sejak pandemi Covid-19, dunia sudah dihantam oleh krisis dan pemulihan yang belum selesai. "Kalau ditambah dengan potensi perlambatan ekonomi, maka akan menghalangi pemulihan yang lebih cepat, terutama bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia," ujar Faisal.
Indonesia akan Merasakan Dampak Langsung
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai Indonesia akan merasakan dampak langsung dari perlambatan ekonomi global atas kemenangan Trump. "Termasuk dalam peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah akibat ketidakpastian pasar," kata Yusuf.
Sebab, Trump menerapkan kebijakan proteksionisme yang agresif, seperti penerapan tarif impor tinggi ke Cina."Hal ini akan kembali memberikan dampak yang kompleks bagi perekonomian Indonesia," ujar Yusuf.
Yusuf khawatir kebijakan ini dapat memicu perang dagang yang lebih luas. Lalu pada akhirnya mengganggu rantai pasok global dan menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia.
Dari sisi kebijakan moneter, Trump juga berpotensi mendorong suku bunga rendah melalui tekanan pada Federal Reserve yang dapat menciptakan volatilitas tinggi di pasar valuta asing. "Bank Indonesia mungkin harus melakukan intervensi yang lebih agresif untuk menjaga stabilitas rupiah," kata Yusuf.
Pemerintah Diminta Perkuat Ekonomi Domestik
Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda mendesak pemerintah agar memperkuat ekonomi domestik guna mengantisipasi efek kemenangan Trump.
Pasalnya, Trump mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan China yang berdampak pada timbulnya perang dagang. Kondisi itu menghambat permintaan barang dari negara lain untuk masuk ke dua negara tersebut.
Efeknya, produk Indonesia bisa makin tertekan, termasuk produk tekstil. Tekanan ini bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dari sisi perdagangan luar negeri yang tertahan.
Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia perlu mencari pasar ekspor alternatif selain pasar tradisional. Huda merekomendasikan pasar di Timur Tengah sebagai alternatif bagi Indonesia. “Pangsa pasar negara Timur Tengah bisa menjadi opsi bagi produk ekspor kita,” kata dia.