BI Pertahankan Suku Bunga 6% untuk Redam Penurunan Rupiah

Rahayu Subekti
18 Desember 2024, 14:57
suku bunga
ANTARA FOTO/Akbar Nuugroho Gumay/YU
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan arah kebijakan BI kedepan saat pertemuan tahunan Bank Indonesia 2024 di Jakarta, Jumat (29/11/2024). Pertemuan tahunan Bank Indonesia 2024 mengangkat tema sinergi memperkuat stabilitas dan transformasi ekonomi nasional.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6% pada Desember 2024 Bank sentral juga mempertahankan suku bunga deposit facility pada level  5,25% dan suku bunga lending facility 6,75%.

“Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk tetap memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025 serta mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (18/12).

Perry menjelaskan, fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak ketidakpastian perekonomian global, khususnya terkait arah kebijakan AS dan eskalasi geopolitik di berbagai wilayah.

Ke depan, bank sentral akan terus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah, prospek inflasi dan dinamika ekonomi yang berkembang dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga lebih lanjut.  

Nilai tukar rupiah sejak Jumat pekan lalu telah tembus Rp 16 ribu per dolar AS. Pelemahan ini terjadi karena penguatan greenback terhadap mata uang utama dunia, seperti euro. Per hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp 16.097 per dolar AS.

Era Suku Bunga Tinggi akan Berlangsung Lama

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yushistira sudah memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan pada ahir tahun ini. Apalagi, era suku bunga tinggi masih akan berlangsung lama.

Menurut Bhima, BI menahan bunga untuk menjaga ekspektasi investor yang akan membeli surat utang pemerintah. “Maklum, pada 2025, pemerintah akan menerbitkan utang secara besar-besaran. Bunga SBN harus menarik agar laku di pasar,” kata Bhima kepada Katadata.co.id.

Selain itu, pertimbangan BI menahan suku bunga untuk mencegah keluarnya aliran modal asing. Karena tren penguatan dolar AS menjadi alasan BI untuk menahan suku bunga.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal justru menilai BI masih memilih untuk wait and see. “Jadi BI masih cenderung mempertahankan tingkat suku bunga,” kata Faisal.

Selain itu, bank sentral masih cenderung konservatif dalam menurunkan tingkat suku bunga. Meskipun begitu, Faisal berharap BI bisa menurunkan suku bunga acuan.

“Harapannya BI tetap menurunkan suku bunga kalau melihat kondisi domestik yang melemah terutama di kalangan kelas menengah,” ujar Faisal.

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...