Inflasi Desember 2024 Diprediksi Naik Akibat Libur Nataru dan Harga Pangan

Rahayu Subekti
2 Januari 2025, 10:24
Inflasi
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.
Warga menyalakan kembang api saat peringatan tahun baru 2025 di Monas, Jakarta, Selasa (31/12/2024). Untuk memeriahkan malam pergantian tahun 2025 pengelola Monas menampilkan video mapping, air mancur menari hingga panggung hiburan.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Dua ekonom memproyeksikan inflasi pada Desember 2024 akan mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, dan Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, sepakat bahwa tren musiman pada akhir tahun menjadi pendorong utama kenaikan inflasi.

Faktor permintaan tinggi selama libur natal dan tahun baru 2025, serta kenaikan harga komoditas pangan, menjadi kontributor signifikan terhadap inflasi bulan tersebut.

Josua Pardede memprediksi Indeks Harga Konsumen (IHK) umum untuk Desember 2024 meningkat dari 0,30% pada November 2024 menjadi 0,54%. "Permintaan yang melonjak selama musim liburan menjadi pendorong utama," kata Josua kepada Katadata.co.id, Kamis (2/1).

Inflasi kelompok harga bergejolak diperkirakan naik menjadi 2,54% secara bulanan, terutama akibat kenaikan harga cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam.

Namun, inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah diprediksi hanya naik tipis dari 0,12% pada November 2024 menjadi 0,16% pada Desember 2024, karena tidak ada lonjakan harga signifikan pada sektor ini.

Josua juga mencatat kenaikan harga bensin nonsubsidi akibat depresiasi rupiah pada November 2024 telah meningkatkan biaya impor minyak.

Harga Beras dan Ayam akan Sumbang Inflasi

Sementara David memproyeksikan inflasi tahunan pada Desember 2024 berada di level 1,60%, dengan inflasi bulanan naik menjadi 0,47%. "Efek basis rendah dari harga pangan bergejolak sebelumnya telah mereda, sehingga inflasi menunjukkan akselerasi moderat," kata David.

Selain itu, kenaikan harga beras, daging ayam, dan telur ayam turut menyumbang inflasi bulanan. Inflasi inti tahunan diperkirakan mencapai 2,33%, didorong oleh kenaikan harga pada jasa restoran, perawatan pribadi, dan minyak goreng, sementara sektor transportasi diprediksi tetap stagnan.

Dengan kondisi tersebut, kedua ekonom menyoroti pentingnya pemantauan lebih lanjut terhadap harga pangan dan komponen impor untuk memastikan inflasi tetap terkendali di tengah tantangan ekonomi global dan dinamika domestik.

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...