Rupiah Diprediksi Menguat Meski Dibayangi Sentimen Perang Tarif Global


Sejumlah analis memproyeksikan rupiah akan melanjutkan penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS), meski perang tarif global masih menjadi sentimen negatif di pasar keuangan.
"Situasi perang tarif ini juga menggerogoti ekonomi global. Jadi, pastinya aset berisiko global juga mendapatkan sentimen negatif," ujar Analis Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, kepada Katadata.co.id, Rabu (30/4).
Di sisi lain, isu perlambatan ekonomi AS juga turut menekan dolar AS. Perlambatan ini ditandai oleh pelemahan sektor ketenagakerjaan, penurunan tingkat konsumsi, serta kenaikan inflasi akibat perang tarif.
"Ini semua memang menjadi penekan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," kata Ariston.
Ia juga menyoroti penurunan indeks manufaktur Cina yang turut dikaitkan dengan dampak perang tarif. "Hal ini bisa memberikan sentimen negatif ke pasar keuangan," katanya.
Ariston menyebut, mata uang regional pagi ini bergerak positif terhadap dolar AS. Hal ini membuka peluang bagi rupiah untuk ikut menguat. "Tapi kita tidak bisa mengesampingkan tekanan ke nilai tukar rupiah yang masih besar," ujarnya.
Ia memperkirakan rupiah berpotensi menguat ke level Rp16.700 per dolar AS, dengan resisten di sekitar Rp16.800 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, pukul 09.10 WIB, rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.715 per dolar AS, atau menguat 46 poin (0,27%) dibanding penutupan sebelumnya.
Potensi Penurunan Suku Bunga The Fed
Senada dengan Ariston, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, juga memperkirakan rupiah masih berpotensi menguat. Ia memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp16.650 hingga Rp16.820 per dolar AS.
Menurut Fikri, ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada 2025 dan 2026 menjadi pendorong utama penguatan rupiah. "Hal ini diperkuat dengan pidato Presiden AS Donald Trump dalam 100 hari pemerintahannya, yang menekankan perlunya penurunan suku bunga acuan The Fed," kata Fikri.
Sementara itu, analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memproyeksikan rupiah akan bergerak datar atau berkonsolidasi hari ini, meski ada kecenderungan penguatan terbatas.
"Investor masih wait and see menantikan serangkaian data ekonomi penting AS pada pekan ini. Rupiah akan berada di level Rp16.650 hingga Rp16.800 per dolar AS," kata Lukman.