Rupiah Diprediksi Menguat Meski Dibayangi Sentimen Perang Tarif Global

Rahayu Subekti
30 April 2025, 12:46
Rupiah
ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/sgd/Spt.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.891 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.822 per dolar AS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sejumlah analis memproyeksikan rupiah akan melanjutkan penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS), meski perang tarif global masih menjadi sentimen negatif di pasar keuangan.

"Situasi perang tarif ini juga menggerogoti ekonomi global. Jadi, pastinya aset berisiko global juga mendapatkan sentimen negatif," ujar Analis Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, kepada Katadata.co.id, Rabu (30/4).

Di sisi lain, isu perlambatan ekonomi AS juga turut menekan dolar AS. Perlambatan ini ditandai oleh pelemahan sektor ketenagakerjaan, penurunan tingkat konsumsi, serta kenaikan inflasi akibat perang tarif.

"Ini semua memang menjadi penekan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," kata Ariston.

Ia juga menyoroti penurunan indeks manufaktur Cina yang turut dikaitkan dengan dampak perang tarif. "Hal ini bisa memberikan sentimen negatif ke pasar keuangan," katanya.

Ariston menyebut, mata uang regional pagi ini bergerak positif terhadap dolar AS. Hal ini membuka peluang bagi rupiah untuk ikut menguat. "Tapi kita tidak bisa mengesampingkan tekanan ke nilai tukar rupiah yang masih besar," ujarnya.

Ia memperkirakan rupiah berpotensi menguat ke level Rp16.700 per dolar AS, dengan resisten di sekitar Rp16.800 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, pukul 09.10 WIB, rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.715 per dolar AS, atau menguat 46 poin (0,27%) dibanding penutupan sebelumnya.

Potensi Penurunan Suku Bunga The Fed

Senada dengan Ariston, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, juga memperkirakan rupiah masih berpotensi menguat. Ia memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp16.650 hingga Rp16.820 per dolar AS.

Menurut Fikri, ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada 2025 dan 2026 menjadi pendorong utama penguatan rupiah. "Hal ini diperkuat dengan pidato Presiden AS Donald Trump dalam 100 hari pemerintahannya, yang menekankan perlunya penurunan suku bunga acuan The Fed," kata Fikri.

Sementara itu, analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memproyeksikan rupiah akan bergerak datar atau berkonsolidasi hari ini, meski ada kecenderungan penguatan terbatas.

"Investor masih wait and see menantikan serangkaian data ekonomi penting AS pada pekan ini. Rupiah akan berada di level Rp16.650 hingga Rp16.800 per dolar AS," kata Lukman.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan